Wahyuningsih, Perempuan Pejuang Pendidikan Anak Nelayan

Kotabaru, Duta TV Berawal dari membantu beberapa anak yang kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah, Wahyuningsih menyulap rumahnya menjadi rumah belajar pada 2015 silam. Rumah belajar ini menjadi tempat bagi anak-anak nelayan di Desa Rampa, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, mendapatkan pelajaran tambahan gratis sepulang sekolah.

Wahyuningsih merupakan satu-satunya tenaga pengajar di Rumah Belajar Rampa yang menampung puluhan anak. Perempuan 56 tahun berdarah Jawa-Banjar yang akrab dipanggil Bude ini mengajarkan matematika, membaca, hingga mengaji.

Menariknya, Wahyuningsih bukanlah seorang guru serta tak memiliki latar belakang pendidikan sebagai tenaga pendidik. Ia merupakan lulusan SMEA jurusan akuntansi, namun sangat menyukai matematika dan senang mengajarkannya.

Peran sebagai pengajar di Rumah Belajar Rampa dilakoni Wahyuningsih setelah dirinya pulang berjualan di pasar. Sehari-hari ia menjalankan usaha kios sembako bersama suaminya di Pasar Kemakmuran Kotabaru. Sang suami pun sangat mendukung aktivitasnya sehingga Rumah Belajar Rampa mampu bertahan sampai sekarang.

Rumah belajar ini menjadi tempat bagi anak-anak nelayan di Desa Rampa, Kecamatan Pulau Laut Utara
Rumah belajar ini menjadi tempat bagi anak-anak nelayan di Desa Rampa, Kecamatan Pulau Laut Utara (foto: duta tv)

Meski banyak suka duka yang dirasakan, hal itu tak menghentikan langkah Wahyuningsih untuk terus memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak di Desa Rampa. Mimpinya adalah melihat anak-anak nelayan ini terus bersekolah dan menggapai cita-cita mereka agar suatu saat bisa mengangkat derajat hidup keluarga.

“Saya selalu berdoa, mudah-mudahan dengan adanya rumah belajar ini bisa membuka wawasan anak-anak dan mereka siap untuk terjun keluar dari desanya, tidak terkukung di Desa Rampa saja. Setelah ini mereka masuk SMA atau kuliah, jadi bisa menyiapkan diri mereka supaya lebih berani,” terang Wahyuningsih.

Di mata anak-anak di Rumah Belajar Rampa, Wahyuningsih dikenal sebagai sosok pengajar yang sabar. Ia tak segan mengulang-ulang pelajaran untuk memastikan setiap anak mengerti materi yang diajarkan.

“Melihat di sini rame dan merasa nilainya masih kurang baik, jadi ikut belajar di sini. Jadi lebih mudah mengerjakan soal-soal dari sekolah,” ujar Windyani, salah seorang siswa rumah belajar rampa.

Saat ini ada sekitar 80-an anak yang dinaungi Rumah Belajar Rampa, mulai dari usia TK, SD, bahkan ada yang sudah SMA. Setiap sore mereka belajar di lantai dua rumah Wahyuningsih yang tak seberapa luas.

Selain fasilitas belajar yang seadanya, Wahyuningsih mengakui selama ini ia cukup kewalahan karena mengajar seorang diri. Kendati banyak orang yang berminat menjadi tenaga pengajar di Rumah Belajar Rampa, namun sayangnya ia tak punya dana lebih untuk memberi mereka uang lelah.

Reporter: Nazat Fitriah

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *