“TEMPAT KEMBALINYA SEGALA URUSAN”

“Hanya kepada ALLAH segala urusan dikembalikan”

BANJARMASIN-DUTATV. Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, izinkan kali ini saya berbagi inspirasi dari perenungan seorang profesional dan tentunya juga sebagai “manusia” (human), siapapun kita tentu tidak bisa melepaskan diri dari berbagai macam keinginan dan pengharapan dalam hidup ini, entah itu keinginan dan pengharapan dari aspek ekonomi, sosial, politik, karier, pekerjaan, hubungan personal dan bahkan spritual. Segala macam keinginan dan pengharapan kita tersebut sangat dipengaruhi oleh “cara pandang atau paradigma” kita dalam kehidupan, sehingga segala daya dan upaya yang dilakukan untuk mencapai sesuatu harapan, cita-cita dan keinginan tersebut ditempuh dan disikapi secara beragam. Beragam dari segi kuantitas ataupun kualitasnya, dari cara atau proses mencapainya sampai sikap kita terhadap hasil yang kita dapatkan dan akhirnya bisa atau tidak, puas atau tidak terhadap semua capaian tersebut sangat tergantung oleh pemaknaan pribadi kita masing-masing, dari sinilah saya terinspirasi menulis topik ini sembari merenungkan ujung ayat 44 QS surat Al-Anfal tersebut yang dikutipkan di atas, bahwa ternyata “Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan”.

Sahabat ! sebagai pribadi terkadang kita menginginkan adanya pengertian dan perilaku dari suatu kondisi tertentu dari sahabat, senior, pimpinan, keluarga, anak buah, kolega dan seterusnya akan suatu kondisi tertentu tersebut menurut kita baik, atau menurut kita yang terbaik. Namun demikian ternyata sikap dan perilaku orang-orang tersebut ternyata diluar harapan dan keinginan kita atau bahkan bertolak 180 derajat dari apa yang kita harapkan. Lantas respon kita atas kondisi tersebut adalah “kecewa” dan sangat manusiawi kalau kita memang merasa “kecewa” akan kondisi tersebut.

Berita Lainnya

Sahabat ! sebagai seorang profesional dalam menjalankan profesi kita, kita melakukan kegiatan yang diamanahkan kekita, segala rencana sudah kita susun dan pelaksanaan atas rencana itupun sudah kita lakukan dengan maksimal, namun sering kita mendapatkan hasil dari kegiatan atau urusan yang diamanahkan tersebut tidak seperti yang kita harapkan. Seperti saya ditunjuk menjadi mediator dalam penyelesaian sengketa hukum, dengan berbagai cara kita beri penjelasan dan dengan pendapat hukum (legal opini) yang komprehensif, akan tetapi terkadang juga tidak bisa mencapai penyelesaian secara damai, artinya tidak seperti yang saya harapkan yang tentunya sebagai manusia biasa saya juga merasa “kecewa”.

Sahabat ! begitu pula dalam profesi saya di media, saya sering mengingatkan sahabat, senior, kolega yang semuanya sudah berpendidikan akan konten-konten yang di share di media sosial berupa hoax dan gambar atau tayangan yang tidak memenuhi norma-norma penayangan untuk umum, lebih-lebih di tahun politik yang semakin gencar dan sering muncul konten-kontek hoax menyerang atau menyudutkan lawan politik, agar mereka hati-hati untuk ikut menyebarkan atau menshare, karena akan terlibat secara sengaja atau tidak (lalai) dalam jaringan hoax tersebut. Cerita-cerita bijak tentang “dilumu dulu hanyar ditaguk (diendapkan dimulut dahulu baru ditelan)”, menggunakan metode “tabayun” atau “cek dan recek”, melihat sumber media yang meng upload atau memberitakannya adalah reaksi spontan saya untuk “mengingatkan” saat mengetahui adanya berita hoax yang menyebar tersebut. Namun sekali lagi harapan saya itu pun terkadang tinggal harapan, karena faktanya hoax selalu menghiasi media sosial kita dan sahabat kitapun masih larut di dalamnya.

Sahabat ! Akhirnya perenenungan saya mencapai titik akhir setelah memperhatikan potongan ayat ““Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan”, ini berarti segala usaha yang kita lakukan untuk berbuat yang terbaik dan mengingatkan sahabat tidak diukur dengan hasil dan keberhasilan yang sesuai dengan harapan kita, melainkan semuanya kita kembalikan segalanya ke Allah, dan kitapun semakin sadar “sesunggguhnya manusia tidak boleh menyetir atau menentukan hasil, akan tetapi hanya berusaha” karena misi seorang Rasul pun sebatas “membawa kabar gembira dan pemberi peringatan”, terlebih lagi kita hanya sebagai seorang manusia biasa.

Mari kita saling mendoakan untuk kebaikan hidup kita semua.

Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.

#Semakintuasemakinbijaksana

#Profesional

Dr. Syaifudin

Dewan Redaksi Duta TV

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *