“MAURUT DADA ‘MEWUJUDKAN SABAR'”

BANJARMASIN-DUTATV. Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, siapapun kita tidak akan bisa membantah tentang “the power of ‘sabar’ ” ini, artinya secara teoritis dan atau dogmatis kita mengakui sifat sabar ini menjadi kunci utama untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan, bahkan kitab suci (QS-Albaqarah : 153)) telah menyebutkan “Allah bersama orang sabar”  dan kata sabar ini biasanya dipadankan dengan syukur, yaitu “sabar dalam menerima apapun yang menjadi takdir kehidupan  dan syukur atas setiap anugerah kehidupan yang didapatkan dalam menjalani kehidupan tersebut. Saya menyebutnya sabar dan syukur ini sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan ibarat dua sisi dari satu mata uang, karena pada saat orang punya kemampuan bersabar maka secara otomatis dia juga punya kemampuan bersyukur.

Sahabat ! hampir setiap saat kita mendengarkan kata sabar ini, baik itu disampaikan oleh para ustad, guru dan orang tua serta sahabat kita, terlibih kalau kita mengalami suatu peristewa yang dianggap membuat kita bersedih, dan kitapun diminta bersabar dan juga didoakan untuk bisa bersabar dalam menerima peristewa tersebut. Dari sinilah terkadang pengertian sabar dinilai bersifat “pasif” yaitu sebagai kemampuan kita untuk menerima suatu kejadian yang menimpa kita agar kita tegar menerimanya.

Sahabat ! sesungguhnya sabar juga mengandung makna yang aktif, yaitu sebagai kemampuan kita untuk menyesuaikan dengan suatu kondisi tertentu yang kita inginkan, sehingga kita harus aktif menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.  Seperti kita menginginkan pekerjaan cepat selesai yang dikerjakan oleh keluarga kita, tim kerja kita, rekan bisnis kita dan seterusnya, akan tetapi karena kondisi mereka atau kemampuan mereka tidak sama “grade” nya dengan kita, maka kita tidak bisa memaksakan untuk cepat selesai.  Dalam kondisi inilah kita mesti bersabar dalam makna aktif menurunkan target cepat selesai itu ke target yang didasarkan atas kemampuan mereka, bukan atas dasar kemampuan dan kemauan kita lagi.

Berita Lainnya

Sahabat ! begitu juga saat saya memberikan pengarahan kepada anak-anak saya di perusahaan yang mengelola manajemen tempat wisata, dalam beberapa kali pengarahan saya katakan bahwa KEBERSIHAN itu adalah kunci utama agar orang nyaman berkunjung ketempat wisata tersebut, sehingga mereka harus melakukan pekerjaan kebersihan dengan baik dan sungguh-sungguh. Lantas ternyata setelah saya cek pekerjaan mereka, menurut saya masih kotor dan setelah saya tanyakan menurut mereka sudah bersih, rupanya standar kebersihan menurut saya berbeda dengan kebersihan menurut mereka, dan dimaklumi karena saya rekrut tenaga setempat yang yang kehidupan kesehariannya jauh dari konsep bersih sebagaimana yang saya alami dan laksanakan sehari hari.  Untuk inilah saya secara aktif (sabar) berusaha menyesuaikan dengan kondisi mereka dan pelan-pelan meningkatkan pengetahuan dan pengamalan mereka tentang kebersihan yang saya maksudkan.

Sahabat ! begitu pula saat saya membingbing skripsi dan tesis sewaktu aktif di Kampus, konsep sabar dengan makna yang aktif ini benar-benar di uji karena kita berhadapan dengan mahasiswa yang sangat beragam wawasan dan tingkat kecerdasannya yang tentunya tidak bisa kita memakai standar keilmuan kita yang sudah lebih dahulu menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari mereka. Belum lagi tingkah polah mahasiswa yang bersifat non akademis dalam proses pembimbingan tersebut, seperti me WA atau SMS di tengah malam yang sekedar minta jadwal waktu konsultasi yang memerlukan kesabaran pasif.

Sahabat ! saya yakin ada banyak cerita pada kita semua tentang suatu kondisi atau keadaan atau peristewa yang menguji kesabaran dalam arti pasif maupun aktif, yang semuanya itu memerlukan respon fikiran kita untuk sabar atau tidak sabar dalam menyikapinya.  Namun ada beberapa hal yang bersifat praktis bisa membantu kita agar punya kemampuan untuk bersabar dalam setiap kejadian atau peristewa tersebut.  Petunjuk atau amalan praktis ini yang saya sebut sebagai ”mengambil jeda waktu” untuk merespon suatu kejadian dengan istilah orang Banjar disebut “maurut dada”.

Sahabat ! konsep “maurut dada” inilah sebenarnya adalah masa jeda kita agar bisa berfikir untuk memberikan reaksi yang lebih proposional, maurut dada tentunya bisa dimaknai dengan menarik nafas pelan-pelan selama dua atau tiga kali tarikan nafas dan mengeluarkan nafas secara pelan-pelan atau juga mundur tiga langkah kebelakang dari posisi berdiri atau duduk semula. Saat menarik dua atau tiga tarikan nafas secara pelan-pelan atau mundur tiga langkah inilah yang akan memberikan kesempatan bagi otak dan atau fikiran kita menyerap lebih baik untuk memahami realitas kejadian yang membuat kita diuji kesabaran tersebut, sehingga tidak memberikan reaksi emosional dan melampaui batas yang akan membuat kita menyesal dikemudian.

Sahabat ! semoga kita bisa menunjukan jati diri sebagai jati diri yang berkarakter penyabar, baurut dadalah dalam menghadapi setiap peristewa, karena sesungguhnya ALLAH BERSAMA ORANG-ORANG YANG SABAR.

Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.

#Semakintuasemakinbijaksana

#semakintuasemakinbahagia

Dr. Syaifudin

Dewan Redaksi Duta TV

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *