“KEMAMPUAN MENGALAH ?”

BANJARMASIN-DUTATV. Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, ijinkan saya mulai menceritakan perilaku kucing yang menjadi peliharaan kami di rumah, baik itu kucing yang memang kucing milik kami yang  kami pelihara dari kecil dari membeli atau dikasih sahabat dengan berbagai macam jenis, maupun kucing liar yang selalu mendatangi rumah kami untuk bermalam dan makan atau sekedar untuk mengawini kucing kami. Memelihara kucing ini sudah menjadi hobby isteri saya, setiap hari dengan telatin dia membersihkan kandang yang khusus kami buat dan memakaninya sampai membawa berobat ke dokter hewan bila sakit atau sekedar imunisasi dan memandikan, ringkas kata kucing-kucing ini sudah menjadi bahagian hidup kami, sehingga tidak menghitung hitung lagi biaya yang kami keluarkan untuk kepentingan hal tersebut.

Sahabat ! bukan tanpa alasan dan dasar pemikiran kami memeliharanya, kucing dalam riwayatnya termasuk hewan peliharaan yang disayangi oleh Rasulullah (Nabi Muhammad SAW) dan salah seorang sahabat Rasulullah yang banyak meriwayatkan  hadist adalah diberi julukan “Abu Hurairah”  yang  maknanya “bapa kucing”, karena sedemikian sayang dan banyaknya memelihara kucing yang nama beliau sendiri sebenarnya adalah Abdu Syamsi ibnu Shakhr Ad-Dausi. Dan Kucing ini kami akui membawa kebahagiaan dan kegembiraan di keluarga kami dengan tingkah lakunya yang lucu dan ternyata dalam pengamatan dan perenungan saya telah menginspirasi untuk menjadi pembelajaran kehidupan kita.

Pic : di Mesjidil Haram setelah sa’i pun kami didekati Kucing

Sahabat ! suatu hari kucing liar yang mampir di rumah kami pada musing kawin telah di datangi pesaingnya, kucing laki yang bermata sayu ini saya lihat mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kucing liar yang lain, naluri kucing bersaing mendapatkan pasangan kawin dan makanan adalah selalu memperebutkannya dengan “berkelahi”, sehingga umumnya terjadi sahut menyahut suara yang menggemparkan kalau sedang bertikai tersebut.  Namun kucing yang satu ini “aneh” didatangi untuk diserang ia tetap diam, bahkan kucing laki pesaingnya datang dengan tegak berdiri “mengiung ngiung” dengan suara keras tanpa dihiraukannya dan sampai-sampai hampir bersentuhan muka didekati pesaingnya ia tetap diam tanpa bereaksi dan hanya memandang dengan matanya yang sayu.

Berita Lainnya

Sahabat ! dengan sikapnya yang diam baik fisik maupun suaranya dan tidak bereaksi sedikitpun tersebut ternyata menjadikan kucing pesaing yang marah dan mendekatinya tidak jadi menyerangnya, saya punya keyakinan berdasarkan kebiasaan kalau kucing yang diam itu bergerak atau bersuara maka akan terjadi perkelahian atau pergumulan diantara mereka yang biasanya sangat sulit untuk di lerai atau dipisahkan kecuali dengan siraman air kekucing yang sedang berkelahi tersebut.

Pic : di Kebun Kurma Madinah kami juga didekati Kucing

Sahabat ! di dalam kehidupan ini apa yang dipertontonkan oleh kucing tersebut adalah kemampuan dia untuk mengalah dan berdiam serta mengendalikan diri walaupun di “caci maki” dan siap untuk diserang tersebut telah mengingatkan saya kepada nasihat kakek saya, kata beliau kalau tiba-tiba dikejar Anjing, maka diam saja tanpa bergerak, maka anjing itu akan berhenti menyerang, karena kalau kita lari malah kita akan dikejarnya dan hal inipun sewaktu hidup di kampung telah terbuktikan, sewaktu Anjing menggonggong dan mengarah ke saya, sayapun diam sambil memandangnya dan tidak berapa lama Anjing itupun berbalik atau berlalu.

Sahabat ! Intinya kakek saya mengatakan kalau kita mampu bersabar, diam dan mengendalikan diri terhadap suatu serangan yang bersifat emosional, maka emosi si penyerang akan reda dengan sendirinya, begitulah dalam suatu mediasi kasus hukum saya pernah didatangi oleh seorang Aparat yang bersenjata api, saking marahnya beliau ke klien saya dan juga kesaya yang bertindak sebagai kuasa hukumnya, telah mengucapkan kata-kata sangat emosional dan sampai meletakkan senjata apinya di atas meja didepan saya, saya pun hanya berdiam tanpa bereaksi dan terus memperhatikan tingkah polah aparat yang emosional tersebut.  Hasilnya setelah kurang lebih 30 menit beliau marah-marah, dan sudah mereda dengan melampiaskan semua uneg-unegnya, saya pun baru bereaksi positif “terimakasih bapa telah menyampaikan kemarahannya kepada saya” dan dengan tersipu beliau akhirnya minta maaf atas kekasarannya tadi, dan anda bisa bayangkan apa yang terjadi kalau saya memberikan reaksi emosional atas perlakuan kasar tersebut.

Sahabat ! begitulah dalam setiap hubungan sosial, kemampuan kita untuk mengendalikan diri, tidak terpancing secara emosional dan diam serta bersabar menghadapinya, maka tidak akan menimbulkan “letupan” yang berakibat kepada kejadian yang justeru berakibat merugikan kedua belah pihak, memang kata pepatah “tidak ada menyesal duluan yang ada penyesalan itu berada dikemudian hari setelah peristewa terjadi”.

Kucing saya mengingatkan kembali nasihat kakek saya, dan semoga kita semua diberi kemampuan untuk bersabar dan mengendalikan diri, karena orang yang sabar dan mengendalikan diri itulah nantinya yang muncul sebagai pemenang, walaupun awalnya dianggap lemah dan kalah.

Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.

#Semakintuasemakinbijaksana

#semakintuasemakinbahagia

Dr. Syaifudin

Dewan Redaksi Duta TV

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *