RENUNGAN DITAHUN BARU 2019 : “KEBERAGAMAN DAN MISI KEHIDUPAN”
Banjarmasin-Duta Tv. Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi ! Pada pengembaraan ruang dan waktu, apakah sesungguhnya ada istilah tahun baru? dan kata inilah inilah yang muncul dalam benak saya saat melihat proses pergantian tahun dari 2018 ke 2019 di tahun Masehi ini. Sesungguhnya dalam hitungan waktu tahun itu bukanlah tahun yang benar-benar baru, akan tetapi pada dasarnya berupa pengulangan dari perputaran bumi yang memutari porosnya sampai pada hitungan 365 hari, lantas kenapa kita menyebutnya sebagai baru? disebut baru dikarenakan ada hitungan angka usia, yaitu dari 2018 ke 2019 dan lebih dari itu baru berarti menunjuk kepada situasi yang melingkupi waktu yang berjalan itu, sehingga ada orang bijak itu mengatakan “nikmatilah waktu sekarang” karena waktu sekarang tidak terulang lagi besok, yaitu waktu dengan kondisi dan suasana yang persis sama dengan yang terjadi sekarang, oleh karena itu sesungguhnya yang disebut baru itu tidak hanya berlaku pada hitungan tahun, tetapi juga berlaku pada hitungan detik, menit, jam, hari, minggu dan bulan, lantas apa makna dan juga harapan di tahun baru itu ? dengan merujuk pada pandangan itu, maka SEMUA INDAH PADA WAKTUNYA.
Sahabat ! Kalimat pembuka di atas adalah renungan saya ketika mendengar dialog dengan tamu istemewa saya di warung kopi Paman Birin Duta TV, yang warung saya ini secara kejutan (surprise) kedatangan Bapak mgr. DR. Petrus Boddeng Timang, beliau tidak lain adalah USKUP dari KEUSKUPAN BANJARMASIN yang meliputi wilayah Kalimantan Selatan (selanjutnya saya sebut Uskup), yang kata beliau secara bercanda saya ini adalah Gubernur bagi umat Katolik di Kalimantan Selatan.
Sahabat ! Sudah menjadi tradisi kalau masuk ke warung kopi saya, maka akan terjadi suasana budaya warung yang menghilangkan sekat – sekat sosial, sekat golongan, sekat ras dan sekat agama untuk berdiskusi dan bercanda cerdas tentang kehidupan, karena itulah saat mewarung dengan Uskup yang sangat ramah, murah senyum dan cerdas ini menimbulkan inspirasi bagi saya.
Sahabat ! dengan membuka jawaban “semua indah pada waktunya” tersebut uskup membawa kepada pemikiran yang selalu positif dalam kehidupan ini, artinya apapun dalam kehidupan ini yang terjadi mesti harus disikapi dengan positif semuanya akan baik-baik, adanya perbedaan pandangan politik, perbedaan pilihan, perbedaan suku ras dan agama, semuanya justeru membawa keindahan kehidupan sosial yang membawa kepada kedamaian dalam keberagaman, kondisi inilah yang menjadi keunggulan negara kita yang juga banyak negara belajar dan bercermin dari keberagaman tersebut. Secangkir kopi dalam beberapa edisinya juga beberapa kali bicara keberagaman ini, karena keberagaman kondisi-kondisi perbedaan sosial, ekonomi, pemikiran, pilihan, suku, ras dan agama sesungguhnya ibarat taman yang berhiaskan warna-warni bunga, sehingga orang bijak mengatakan kalau disuatu taman itu hanya ada satu jenis bunga, maka lambat laun mata kita cepat bosan memandangnya, akan tetapi kalau di taman itu ada banyak ragam bunga dengan warna warni bunganya, maka mata kita tidak akan bosan memandangnya.
Sahabat ! ditengah tengah diskusi tentang keberagaman itu, kemudian salah seorang sahabat lainnya (Bapak Fredrik Susanto) bertanya, apa sebenarnya yang menjadi tujuan atau misi dalam kehidupan manusia ? Uskup mengatakan yang pertama kelahiran kedunia ini harus diyukuri, karena ada banyak yang tidak bisa lahir dan hidup seperti kita sekarang, kedua setiap manusia yang dilahirkan mempunyai tugas atau misi tertentu dalam kehidupan untuk membawa kebaikan dan kebahagiaan pada setiap orang. Oleh karena itu makna tertinggi misi kehidupan adalah melayani, melayani Yang Maha Kuasa dengan beribadah dan Melayani sesama untuk kebahagiaan hidup sendiri. Disecangkir kopi seribu inspirasi Saya memaknai misi pelayanan dalam kehidupan itu adalah tugas diciptakannya manusia sebagai Khalifah dimuka bumi ini, dan kemudian selalu mewujudkannya dengan membangun hubungan vertikal kepada Allah (HABLUM MINALLAH) dan hubungan horizontal sesama manusia (HABLUM MINANNAS) serta hubungan dengan alam, sebagai wujud kekhalifahannya yang membawa rahmat bagi sekalian alam.
Sahabat ! Secara sederhana maka setiap kali adanya pergantian tahun yang kita namakan tahun baru tersebut, renungannya adalah seberapa sudah kita mewujudkan misi kehidupan itu dalam perjalanan hidup kita? parameternya sangat mudah, yaitu diri saya, diri sahabat semua apakah sudah memberikan manfaat atau berguna kah bagi sesama dan alam ini ? Salah satu ukurannya bahwa diri kita bermanfaat bagi sesama dan alam adalah pelayanan atau membantu kehidupan bagi sesama dan alam ini, sehingga membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi sesama dan kehidupan ini. Bagi sahabat yang yang bekerja di Perusahaan, tanyakan seberapa sudah saya berkontribusi pada perusahaan, bagi sahabat yang bekerja di sebagai ASN, tanyalah seberapa sudah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam pengabdiannya sebagai ASN, bagi sahabat yang bekerja di sektor apapun, tanyakan kontribusi yang sudah dilakukan untuk tempat anda bekerja, bahkan dalam kehidupan pribadi kitapun di rumah tangga, silahkan ditanyakan kedudukan sebagai anggota keluarga sudah berkontribusi apa untuk mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera, dan seterusnya. Jadi sahabat misi kita memberikan pelayanan dalam kehidupan ini sesungguhnya adalah untuk menjadi orang yang bermamfaat dalam kehidupan, sehingga kita dapat mengemban amanah sebagai umat yang terbaik, karena sesungguhnya sebaik baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagia manusia lainnya.
SAHABAT SEMUA SELAMAT MEMASUKI TAHUN 2019 dan untuk Bapa Uskup terimakasih sudah datang ke warung saya, damailah Banua dan Indonesia sebagai rumah kita bersama.