Jelang HUT ke 47 PDIP, NU : Soekarno Pemersatu Bangsa

DUTA TV BANJARMASIN – Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan akan memperingati HUT ke 47 sekaligus menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 10 – 12 Januari 2020 di Jakarta.

Rakernas PDIP mengangkat tema “Solid Bergerak Wujudkan Indonesia Negara Industri Berbasis Riset dan Inovasi Nasional” dengan subtema “Strategi Jalur Rempah dalam Lima Prioritas Industri Nasional untuk Mewujudkan Indonesia Berdikari”.

Berbicara partai berlambang kepala banteng ini tidak lepas dari sosok Soekarno, Sang Proklamator dan pemersatu bangsa.

Demikian diungkapkan politisi PDI Perjuangan Kalimantan Selatan yang juga menjabat Wakil Bupati Hulu Sungai Tengah, Berry Nahdian Forqan, Selasa (7/1).

“Indonesia membutuhkan sosok pemimpin seperti Soekarno, Sang Proklamator, yang dapat mempersatukan  anak bangsa. Sosok pemimpin seperti Soekarno, Presiden RI pertama yang mampu mempersatukan ini adalah kunci menjadi bangsa yang maju,” ungkapnya.

Politisi PDI Perjuangan Kalimantan Selatan yang sekaligus Wakil Bupati Hulu Sungai Tengah, Berry Nahdian Forqan.

Soekarno dalam berbagai literasi atau buku yang pernah ditulis dikenal sebagai sosok yang sangat kuat sebagai pemimpin pemersatu. Nilai persatuan ini merupakan salah satu warisan Soekarno untuk Indonesia yang harus kita pelihara. Soekarno juga disegani dan dihormati serta menjadi pemimpin yang berpengaruh di dunia internasional.

Sementara Katib Syuriah PWNU Kalsel, KH Syarbani Haira mengatakan ada beberapa catatan menarik tentang Soekarno. Antara lain hubungan Soekarno dengan NU, sebagai salah satu partai politik sejak Pemilu 1955.

“Ada pelajaran berharga dan sangat mahal tentang semangat ketulusan dan keikhlasan, hubungan antara Soekarno dan NU,” ujarnya.

Sebagai salah satu partai pemenang pemilu NU justru tidak dimasukkan dalam kabinet. Padahal Ketum PBNU, Kyai Idham Chalid selalu diajak Soekarno dalam pembahasan kabinet. NU pun legowo dengan keputusan presiden ini. Melihat sikap NU yang legowo dengan keputusan ini akhirnya presiden kemudian memasukkan dua orang kader NU dalam kabinet.

Catatan lainnya ada etos kerja dan daya juang Soekarno yang menjadi icon inspirasi perjuangan.

“Maka itu, saat kami nyantri di Yogyakarta akhir 70-an dan 80-an, kami punya kelompok kajian yang secara khusus membedah pemikiran Soekarno,” ujar magister demografi dari IAIN Sunan Kalijaga dan Universitas Gadjah Mada, Yogya ini.

Lebih jauh dikemukakan Pendiri dan Pengelola Universitas NU Kalsel ini, Soekarno juga dikenal sebagai pemimpin yang mampu bersikap netral tidak terjebak oleh banyak kepentingan. Bahkan dia bisa membangkitkan semangat negara-negara di kawasan Asia-Afrika.

Tim liputan

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *