Guru Sekumpul : Pengaruh Kehidupan Keluarga

Gemblengan ayah dan bimbingan intensif paman beliau semenjak kecil betul-betul tertanam. Semenjak kecil Abah Guru Sekumpul sudah menunjukkan sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayah beliau sendiri. Seperti misalnya, suatu ketika hujan turun deras, sedangkan rumah Abah Guru Sekumpul sekeluarga waktu itu sudah sangat tua dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari atap-atap rumah. Saat waktu itu, ayah beliau menelungkupi beliau untuk melindungi tubuh beliau dari hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan.

Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Guru Sekumpul juga adalah seorang pemuda yang saleh dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang beliau sampaikan kepada generasi sekarang lewat cerita-cerita itu.

Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayah beliau membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayah beliau selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada Qusyairi. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga.

Adapun sistem mengatur usaha dagang, ayah Guru Sekumpul menyampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustadz setempat pernah mengomentari hal ini, “bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu.” Pernah sewaktu kecil Abah Guru Sekumpul bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegurnya, “Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur.” Abah Guru Sekumpul langsung berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.

 

Sumber Riwayat Singkat Perjalanan Guru Sekumpul : http://alfaqirzaman.blogspot.com/2012/06/riwayat-singkat-abah-guru-sekumpul-oleh.html

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *