“DIMENSI SPRITUAL DALAM MELAYANI ?”
BANJARMASIN-DUTATV.COM Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, Kali ini ijinkah saya menemui sahabat lagi, setelah sekian lama kesibukan menyiapkan edisi tayang sehingga edisi tertulisnya jadi terbengkalai. Beginilah ritme kehidupan kita berbicara ada semacam pilihan-pilihan prioritas pada saat menyelesaikan semua target mengeluarkan ide dan gagasan yang ada di dalam hati dan fikiran kita, dan saya juga yakin problem seperti ini juga banyak dan atau pernah di alami sahabat semua, secara jujur juga saya kemukakan bahkan terkadang saat muncul inspirasi dan tidak ditulis inspirasi itu maka ia tenggelam oleh inspirasi baru lagi, sehingga sedikit sulit untuk mengingat dan menuliskannya kembali.
Sahabat ! kekuatan menulis inspirasi kali ini didorong kuat oleh tamu terhormat saya yang mampir ke warung SKSI (secangkir kopi seribu inspirasi) seorang tokoh nasional Ketua Dewan Pers dan Mantan Menteri Pendidikan di era Priseden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Prof.Muhammad Nuh, bermula saat saya meracikkan kopi beliau mendekat dan memperhatikan bagaimana saya menghaluskan kopi biji dan menuangkan air panas pada drip kopi, sambil saya bacakan sholawat.” Setelah kopi menetes semua ke gelas dan saya sajikan langsung ke beliau sekaligus meminta komentar beliau “bagaimana rasanya kopi ini”, lantas beliau menjawabnya dengan bercerita.
Sahabat ! kalau saya ke Malang, saya selalu mampir ke warung sederhana yang makanannya enak sekali, kata beliau, saya Tanya siapa yang memasaknya makanan ini ? dijawab oleh yang punya warung saya yang memasaknya pak, saya memasaknya setelah saya sholat malam (tahajud), mendengar jawaban ini beliau termenung dan langsung mengatakan ke saya “seperti juga panjenengan (kamu) sewaktu menyiapkan kopi ini tadi sambil membacakan sholawat kepada Rasulullah”, sehingga rasanya melebihi dimensi fisik, yakni sampai kemada dimensi spiritual.
Sahabat ! benarkah setiap pekerjaan yang melibatkan spiritual itu akan melahirkan “rasa” yang berbeda ? meracik kopi sesungguhnya adalah biasa, sebagai seorang pemula saya belajar bagaimana meracik kopi itu yang memenuhi standar seorang barista, dan rasa kopi itu sangat ditentukan oleh kualitas biji kopi, kualitas sangrai dan suhu air panasnya, dan hasilnya tentu saja juga sangat tergantung pula dari asal kopi itu tumbuh, karena rasa kopi akan ditentukan dimana ia tumbuh.” Oleh karena itu sesungguhnya secara logika apabila kopi di olah dan diracik dengan prosedur tersebut, maka hasilnya akan mempunyai rasa yang “enak”, artinya siapapun dapat melakukan hal tersebut untuk membuat kopi yang enak.
Sahabat ! lantas kenapa kalau saat membuat kopi dengan disertai “doa dan amalan spiritual bisa menghasilkan rasa yang “berkesan” ? untuk ini kita perlu merenungkannya pada dimensi yang dalam lagi yang lebih dari hanya sampai pada titik logika formal yang bisa diikuti cara berfikirnya oleh kita umumnya. Kalau membuat dan menyajikan kopi itu sebagai representatif dari bekerja, maka saya bisa menyebutkan bahwa bekerja dengan nilai-nilai spiritual akan melahirkan karya yang “berkesan”, karena saat kita bekerja nurani kita ikut memberikan dorongan pelayanan yang terbaik dengan balutan ketulusan atau keihklasan dalam bekerja tersebut, tujuan utama kita adalah bagaimana menyenangkan dan membuat orang bahagia dari hasil pekerjaan kita, sehingga dengan melihat orang suka atau bahagia saja saat menerima hasil kerja kita, kita sudah merasa berbahagia.
Sahabat ! konsep bekerja adalah ibadah mesti diwujudkan dengan menerapkannya pada amalan-amalan yang menunjukan ibadah tersebut’ artinya dalam kondisi tertentu perlu juga terkomunkasikan dengan orang yang menerima pekerjaan kita bahwa kita memperlakukan pekerjaan kita itu sebagai “ibadah”, walaupun sesunggunya kita tidak bermaksud pamer akan hal tersebut yang bisa mengakibatkan “riya”. Dengan terkomunikasikan dengan amalan spiritual yang seperti itu orang akan menjadi senang dan tenang, sehingga produk atau jasa yang kita hasilnya sampai kepada derajat KEBERKAHAN yang sesunguhnya karena ada “rasa” yang hanya bisa dirasakan dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata saat mencicipi hasilnya.
Sahabat ! bagi saya tentu hal tersebut tidaklah semata-mata untuk orang yang kita layani, akan tetapi sesungguhnya juga untuk diri kita sendiri, coba sahabat bayangkan saat kita mengkontruksikan bekerja itu adalah ibadah, maka bukankah setiap putaran air dan tetesan air kopi itu adalah salawat saya kepada Rasul, setiap adukan sendok saya adalah Zikir saya, dan setiap senyuman yang muncul saat saya menuangkan kopi ke gelas adalah rasa syukur saya dan seterusnya, dan akhirnya membuat hati orang senang dan bahagia juga adalah ibadah. Dan bukankah semua itu sesungguhnya adalah untuk diri kita sendiri.
Sahabat ! saat lalu kemudian orang merasakan rasa yang berbeda, itulah anugerah dari Yang Maha Kuasa terhadap karya kita. Terimakasih Prof. Muhammad Nuh telah mampir dan menginspirasi saya.
Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.
#Semakintuasemakinbijaksana