“BELAJAR DARI MATAHARI ?”

BANJARMASIN-DUTATV.COM Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, sejak cucu pertama saya lahir sekitar satu setengah tahun yang lalu, oleh dokter disarankan agar bayi cucu saya pada pagi hari dibawa keluar untuk mendapatkan “terpaan” sinar matahari pagi, sehingga dalam berbagai kesempatan saya rajin membawanya berjalan di pagi hari, hal ini sudah saya perlihatkan “dalam satu episode secangkir kopi edisi tayang “batimang cucu”.

Sahabat ! jauh melihat kebelakang masa-masa kecil saya main air di sawah di Sungai Tabuk (Kabupaten Banjar) dan pegunungan di Mandapai (Hulu Sungai Selatan) dan Pengaron (Kabupaten Banjar) “juga sangat akrab dengan “lumuran” sinar matahari, sehingga dahulu masa kecil saya di kampung tak ubahnya saya dan anak anak seusia saya saat itu adalah “anak alam” yang akrab dengan sinar matahari dan hujan.

Sahabat ! setelah saya “berusia” sekarang ini, salah satu kegiatan (hobby) saya adalah merawat dan bersih-bersih tanaman dipagi hari, “pagi dimana “saat matahari mulai bersinar menerpa dedaunan dan tanaman di halaman rumah saya, dan begitulah seterusnya tanpa saya pernah hiraukan matahari yang selalu rutin hadir dan menyinari semesta alam khususnya bumi kita ini dari hari kehari.

Berita Lainnya

Sahabat ! Susana hujan di awal tahun 2020 ini banua dan bangsa kita memasuki musim hujan yang “deras” dan terkadang matahari pagi terhalang oleh awan mendung, namun disela-sela kesejukan udara mendung itu terkadang terlihat tembusan cahaya matahari sehingga membuat cahaya matahari ini terasa sangat indah dalam suasana pagi nan sejuk tersebut.” Kondisi inilah yang membawa renungan kepada saya melintas fikiran dan perasaan untuk mengambil pelajaran atau hikmah dari matahari ini.

Sahabat ! bukankah di secangkir kopi seribu inspirasi ini, “saya mengajak dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan, yang dalam berbagai versi sudah banyak saya ceritakan dan bahkan saya mewasiatkan kepada anak-anak saya dan orang-orang yang dekat dengan saya untuk menjadi orang baik, karena saya yakin dengan kecerdasan (otak) atau tingginya pendidikan dan pengetahuan akan tidak bermakna kalau tidak ditopang oleh pondasi “kebaikan” dalam menjalani kehidupan ini.” Oleh karena itu kata saya, silahkan berprestasi setinggi-tingginya dibidang apapun yang barangkali akan membuat jutaan orang kagum akan prestasi tersebut, namun bagi saya sudah cukup dibanggakan dengan kalian menjadi “orang baik”.

Sahabat ! dalam realitas kehidupan kita, ternyata berbuat baik dengan orang yang juga baik dengan kita adalah mudah, namun yang sulit itu adalah berbuat baik denga orang berbuat tidak baik dengan kita, bayangkan saja bagaimana rekasi kita terhadap orang yang berbuat menyakiti hari dan perasaan kita, apakah kita akan membalasnya dengan menyakiti pula atau mampukan kita membalaskanya dengan kebaikan ?” Dalam kondisi inilah renungan saya tertuju kepada sang matahari bersinar.

Sahabat ! coba lihat dan perhatikanlah matahari, apakah matari berhenti bersinar saat awan menutupinya, Apakah ia juga berhenti berhenti bersinar saat hujan deras menerpa bumi ? atau apakah ia berhenti bersinar saat perputaran bumi menjadikan kita disatu belahah bumi menjadi gelap ?” Sungguh luar biasa, ternyata tertutup apapun sesungguhnya matahari terus menerus bersinar, bahkan tanpa menghiraukan sedikitpun terhadap benda-benda atau aspek-aspek apapun yang melindungi cahanya sampai kebumi.

Sahabat ! kebaikan yang menjadi misi kehidupan manusia untuk menjadi sebaik-baiknya manusia (manusia yang bermanfaat bagi sesama dan alam) yang spiritnya mengalir dalam aliran darah, fikiran dan perilaku kita sebagai manusia ternyata bisa diselaraskan dengan kebaikan yang dilakukan oleh matahari dalam memberikan sinarnya untuk kehidupan makhluk dimuka bumi ini.

Sahabat ! saat kita bisa menselaraskan misi kebaikan hidup dengan misi matahari bersinar, maka sejatinya kebaikan kebaikan yang kita lakukan tanpa “pamrih” apapun, atau bahkan tanpa menghiraukan sama sekali berbagai macam reaksi yang muncul dari kebaikan itu, baik itu reaksi yang bersifat positif maupun juga reaksi yang bersifat negatif.

Sahabat ! tentu saya menyadari komentar yang bisa muncul dalam pemikiran sahabat semua, “matahari kan tidak punya perasaan” !, sedangkan manusia punya perasaan dan seterusnya, sehingga kita mencari dasar pembenar atas pamrihnya kebaikan yang kita lakukan, memilih-milih terhadap siapa kebaikan itu kita lakukan, menimbang-nimbang terhadap siapa yang berhak menerima kebaikan kita.

Sahabat ! ada banyak ajaran tentang keikhlasan hidup yang disampaikan oleh ustad dan guru-guru kita, serta kitab-kitab yang membahas tentang keinklasan ini, yang intinya IKHLAS DALAM BERBUAT BAIK ITU ADALAH MENYERAHKAN ATAU BERSANDAR SEPENUHNYA KEPADA ALLAH ATAS PERBUATAN BAIK YANG KITA LAKUKAN, sehingga dengan menyandarkan tersebut akan menyadarkan kita bahwa TUGAS ATAU MISI KITA DALAM HIDUP INI MELAKUKAN BERBUAT BAIK, sedangkan dampak dan reaksi serta konsekwensinya adalah MENJADI HAKNYA ALLAH YANG MAHA KUASA.

Sahabat ! ternyata dibalik cahaya matahari ini MAHA SUCI ALLAH menyadarkan saya dan mengajak sahabat semua tersadar akan EKSISTENSI KEAGUNGAN SANG MAHA MENYINARI DALAM KEHIDUPAN INI.

Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.

#Semakintuasemakinbijaksana

#semakintuasemakinbahagia

Dr. Syaifudin

Dewan Redaksi Duta TV

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *