“APAKAH ANDA SEHAT WAL AFIAT ?”

BANJARMASIN-DUTATV. Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, sering kita menanyakan kesehatan sahabat saat bertemu, termasuk saat silaturahmi di bulan syawal ini dan kitapun saling mendoakan agar saling diberi rahmat kesehatan oleh Yang Maha Kuasa. Tentu gambaran dan memaknai kata “sehat” tersebut bisa saja beragam di antara kita, namun dari pengamatan saya setelah menanyakan kesehatan itu sering diikuti oleh cerita kondisi kesehatan tubuh masing-masing soal tekanan darah, gula darah, nyeri sendi dan lain-lain, sehingga saya simpulkan umumnya kita memaknai sehat adalah kesehatan fisik atau tubuh kita.

Sahabat ! tentu tidak salah kita memaknai kesehatan saat ketemu sahabat dengan kondisi kesehatan fisik kita tersebut, namun kesehatan itu sebenarnya mempunyai makna yang lebih luas dari sekedar kesehatan fisik, seperti yang didefinisikan oleh Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 yang juga mengadopsi definisi kesehatan dari WHO (world health organization) bahwa kondisi sehat itu mencakup empat aspek, yaitu sehat badan, mental, sosial dan ekonomi, sehingga yang dimaksud sehat mempunyai cakupan yang luas, termasuk aspek produktivitas.

Sahabat ! dari sisi kesehatan badan saja sudah “rumit” kita alami dan rasakan, apalagi sisi kesehatan “mental” yang menurut para ahli banyak katagore penyakit jiwa dari yang ringan sampai yang berat, namun bedanya dengan kesehatan badan, kondisi sakitnya terkadang tidak kita sadari dan rasakan, tapi orang lainlah yang dapat melihat dan merasakannya. Apalagi kalau kita bicara kesehatan sosial, maka tolak ukurnya adalah hubungan dan adaptasi terhadap sesama yang kita sebut “pergaulan hidup” sebagai pengejawetahan manusia sebagai makhluk sosial, oleh karena itu akan sakit secara sosial manakala ia tidak dapat bergaul dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya.

Berita Lainnya

Sahabat ! tambah rumit lagi kalau kita lihat dari sisi kesehatan ekonomi yang mengacu kepada kesejahteraan ekonomis, maka produktivitas yang menjadi ukurannya melihat kesehatan dari sisi kemampuan seseorang tetap produktif dalam hidupnya, yang hasilnya dapat di ukur secara ekonomis, walaupun secara relatif dengan konsep “pasive income” sekarang, orang bisa saja sakit fisik, tetapi produktivitasnya tetap sehat, karena mempunyai penghasilan secara ekonomis.  Namun sisi produktivitas secara aktif, yang terlihat dalam proses produksi barang dan jasa, maka kondisi kesehatan akan melihat seberapa kuat kemampuannya dalam terlibat pada proses produksi barang dan jasa tersebut.

Sahabat! Konsep sehat wal afiat ternyata lebih dahsyat lagi, karena disamping konsep sehat yang dikemukakan di atas, maka terminologi afiat mempunyai parameter yang lebih luas, menyangkut juga aspek spritual, dan dalam dua dimensi yaitu afiat di dunia dan afiat di akhirat. Afiat di dunia mencakup kondisi kemampuan menuntut ilmu, kondisi kemampuan beribadah, kondisi kemampuan mencari rejeki yang halal, kondisi kemampuan bersabar dan kondisi kemampuan bersyukur.  Sedangkan afiat akhirat adalah kondisi keselamatan dan kemudahan setelah kehidupan di dunia berakhir dan atau pasca kematian yaitu kondisi  terhindarnya dari berbagai siksa kubur dan api neraka.

Sahabat ! sungguh luar biasa konsep afiat ini, karena akan menyempurnakan kondisi sehat badan, jiwa, sosial dan ekonomi tersebut di atas, dengan kondisi yang mengarahkan kepada keselamatan dan kebahagiaan hidup baik itu di dunia mapun diakhirat kelak.  Dan sesunguuhnya afiat ini adalah bentuk perlindungan Yang Maha Kuasa (Allâh  SWT)  bagi hambaNya dari segala macam penyakit (lahir dan batin, sosial dan ekonomi) dan bencana dalam kehidupan berupa kerusakan moral dan spritual.

Sahabat ! mulai sekarang kalau kita ketemua sahabat, maka doakanlah agar kita dan sahabat kita diberikan oleh Allah dalam kondisi SEHAT WAL AFIAT dalam menempuh anugerah kehidupan ini.  Dan sayapun mengajak kepada diri saya sendiri, keluarga saya dan sahabat semuanua untuk terus berusaha sehat wal afiat.

Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.

#Semakintuasemakinbijaksana

#semakintuasemakinbahagia

Dr. Syaifudin

Dewan Redaksi Duta TV

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *