Air Mata Dibalik Harumnya Bunga

“Seorang wanita paruh baya duduk menyendiri di emperan toko. Dia adalah nenek Khamsyiah, pedagang bunga yang tak menghiraukan betapa terik matahari menyengat menyinari, Betapa debu serta polusi menerpa paras polos tak berdaya. Dengan berbekalkan warna-warni serta harumnya bunga dia bertahan sejak beranjak terang bumi hingga menjelang gelap gulita hanya demi sesuap nasi”.

Nenek Khamsyiah telah lima belas tahun menjalani aktifitas sebagai pedagang bunga di pinggiran jalan. Nenek ini berada diantara sekian banyak penjual bunga lainnya yang mengharapkan rupiah dari harumnya warna – warni bunga. Sejak dulu bahkan sebelum menikah pun dia memang sudah berdagang karena ia memang memiliki jiwa dagang yang tinggi.

Berbagai dagangan sudah ia jalani seperti berjualan pakaian, sampai berjualan buahbuahan. nenek berjualan bunga cuma “untuk mengisi kegiatan seharihari aja,” ujar nenek Khamsiyah ketika ditanyai tujuannya berjualan bunga. Nenek yang hidup sebatang kara ini juga menambahkan, berjualan bunga ini hanyalah sekedar pelampiasan semata untuk mengalihkan pikiran serta perhatian terhadap kehidupannya selama ini. Betapa tidak, rasa sakit hati yang telah ditanamkan suaminya terhadapnya disaat menginjak umur 35 tahun ditambah dengan perginya putri semata wayangnya yang tak pernah kembali dan seakan-akan melupakan jasa serta keberadaan ibunya.

Anak yang sedari dulu dirawat serta dibesarkan oleh nenek Khamsyiah dari hasil keringatnya sendiri, tanpa ada campur tangan dari suami, dengan harapan suatu saat kelak dapat menjadi tumpuan hidup keluarga. Namun, kenyataannya sungguh berbeda. Sang anak memilih pergi dan tak kembali walau hanya sekedar melihat kondisi sang ibu saat ini setelah menikah dengan saudagar kaya di Batam.

Dengan derai air mata nenek Khamsyiah mengungkapkan betapa rindu dan sayangnya terhadap anaknya. Tapi apadaya, tuhan seolah-olah belum memberi kesempatan untuk melepas rindu bersama sang anak.

Nenek Khamsiyah sudah pasrah dengan takdir yang .diberikan Tuhan kini kepadanya Kesepian dan kesendirian yang menghiasi hari-hari nenek Khamsyiah membuat ia seakanakan tak punya impian dan harapan lagi. “ sekarang nenek hanya ingin menghabiskan sisa hidup dan kembali kepada-Nya”, ujarnya seraya meneteskan air mata.

 

Oleh : Aisyah Irya
Instagram : @aisyahirya

Helman

Uploader.

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *