Stadion Palaran Eks PON Kaltim, Nasibmu Kini

Samarinda, DUTA TV Hampir 13 tahun perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) Kalimantan Timur berlalu. Namun, nasib sejumlah venue yang digunakan untuk pesta olahraga tertinggi di Indonesia masih menyisakan kisah miris.

Kompleks Olahraga Palaran, Samarinda, misalnya. Kompleks olahraga yang dilengkapi sejumlah venue olahraga mulai dari stadion utama, gedung olahraga bulutangkis, lapangan tenis, stadion akuatik, bisbol, panjat tebing, hingga sirkuit sepatu roda ini kini kian minim aktivitas.

Padahal sebelumnya kompleks olahraga tersebut pernah menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur, khususnya Samarinda karena kemegahannya yang nyaris menyaingi Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta.

Bagaimanapun Kompleks Stadion Palaran ini menjadi sejarah bagi perkembangan olahraga nasional pada masanya. Saat itu, stadion yang dibangun dengan anggaran Rp 3 triliun itu untuk kali pertama digelarnya multicabang olahraga di luar Pulau Jawa.

Tapi setelah PON 2008, sayangnya venue itu minim pemanfaatan. Sejumlah fasilitas bahkan disebut-sebut terbengkalai lantaran nyaris tidak adanya kegiatan-kegiatan olahraga nasional maupun internasional yang sebelumnya sempat diharapkan ketika kompleks olahraga itu dibangun.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga provinsi Kalimantan Timur, Agus Tianur, tak setuju jika Stadion Palaran disebut terbengkalai sekalipun secara fungsional kurang maksimal. Sebab, venue-venue itu sebenarnya masih digunakan pelajar-pelajar Sekolah Keolahragaan (SKO).

“Pemerintah provinsi membangun sekolah khusus olahraga enam tujuh tahun lalu jadi mereka lah yang memanfaatkan itu,” kata Agus saat dikonfirmasi detikSprt, Rabu (6/10/2021).

Memang, sebut Agus, sepintas tampak dari luar kompleks Palaran terlihat sepi. Tapi itu karena lokasinya yang terlalu jauh dari pemukiman penduduk sehingga untuk kepentingan aktivitas olahraga seperti stadion-stadion pada umumnya tidak menjadi pilihan masyarakat. Belum lagi ditambah pandemi COVID-19 yang membuat kegiatan olahraga kian terbatas.

“Tanpa adanya aktivitas secara otomatis perawatan yang kami lakukan juga tidak maksimal. Bagaimanapun pembiayaan menjadi kendala kami yang paling berat. Tapi toh kalau diperbaiki secara maksimal supaya fungsional, tidak ada korelasi juga sebab lokasinya yang jauh. Serba salah juga. Jika kami maksimal merawat lalu siapa juga yang akan menggunakan?” tuturnya.

“Kendala kedua, lomba-lomba event nasional internasional tak (digelar) di sini. Beda jika pemerintah pusat mau melakukan kegiatan olahraga internasional ya kami terbuka. Seperti Asian Games di Palembang misalnya. Kalau sifatnya kejuaraan daerah ya kita (masyarakat) masih punya pilihan di kota. Orang pasti memilih (stadion) di kota ketimbang Palaran, walau di sini tempatnya besar, tapi enggak ada yang nonton karena (lokasi) yang jauh,”lanjutnya.

Sehubungan dengan perawatan, Agus mengatakan sejauh ini anggaran Dispora masih dapat menanggung, karena biaya itu tidak hanya untuk Stadion Palaran saja tapi venue-venue olahraga lainnya.(dtk)

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *