RENUNGAN AKHIR TAHUN : “MENCARI REJEKI ATAU MEMETIK REJEKI”

Banjarmasin – Duta TV. Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, suatu ketika di awal-awal saya terjun dalam praktek hukum tahun 90 an, yaitu sewaktu membantu masyarakat pada pengabdian saya di dunia hukum dengan bergabung di Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum ULM, pernah saya menangani satu kasus pada salah satu Pengadilan Negeri di Hulu Sungai, pagi-pagi saya naik taksi ke Hulu Sungai dengan Colt L300 dan sesampainya disana langsung sidang dan habis sidang di ajak mampir kerumah klien yang tergolong tidak mampu dibidang ekonomi ini. Posisi kami sendiri anggota LKBH saat itu juga tergolong “tidak mampu” karena baru lulus kuliah S1 (hukum), sehingga biasanya uang taksi ke tempat persidangan di ganti oleh klien. Sahabat moment mengganti uang transport inilah yang menjadi moment “mengharukan” saya dan sampai sekarang masih saya kenang dan tak akan terlupakan, yaitu saat klien memanggil pembeli ternak itik dan beliau menangkap 2 ekor itik untuk dijual ke pembeli itik keliling dengan keranjang dibelakang sepedanya itu, lalu kemudian uang hasil menjual itik tersebut uangnya dikasihkan kesaya sebagai ganti ongkos taksi.

Sahabat Secangkir Kopi, Saya tidak memfokuskan pembahasan ke cerita kenangan yang mengharukan di atas, tetapi yang menjadi fokus pembahasan saya adalah ketika ada pertanyaan atau komentar seorang sahabat yang naik taksi yang sama saat pulang ke Banjarmasin saat itu, “sahabat itu berkata” jauhnya pian (kamu) pak syaifudin mencari rejeki sampai ke kampung ???

Terhadap pertanyaan sahabat inilah yang mengingatkan ulun (saya) akan papadah (nasihat) dari Mamarina (Paman) dahulu saat ulun kecil (halus), jar sidin (kata beliau) “rejeki itu sesungguhnya bukan dicari melainkan dipetik”. Istilah mencari rejeki adalah kalimat aktif yang mengharuskan kita melakukan suatu kegiatan tertentu dengan tujuan mendapatkan uang, sehingga setiap aktifitas kita dalam bekerja ujung-ujungnya diperuntukan atau diniatkan untuk mendapatkan uang tersebut, oleh karenanya keberhasilan dan kegigihan dalam bekerja adalah diukur dari seberapa kita beraktivitas atau bekerja dan kemudian kita mendapatkan hasil berupa uang dari pekerjaan itu. Berbeda dengan memetik rejeki, gambarannya uang itu sudah tersedia didekat kita, sehingga bukan kita yang mencari atau mendatangi uang dalam bekerja, tapi uang itulah yang mendekati dan berada didekat kita, oleh karenanya kita tingggal memetiknya. Iliustrasinya memetik rejeki ini seperti janin dalam kandungan yang sudah tersedia makanan lewat makanan orang tuanya, sewaktu lahir bayi itu sudah tersedia air susu ibunya yang dulunya belum ada air nya dan tinggal menikmati, begitulah masa anak anak yang disuapi makanan, sehingga benar benar rejeki itu ada didekat kita dan tinggal memetiknya. Begitu pulalah setelah kita dewasa dan bekerja, pandangan kita mencari rejeki sesungguhnya bukan mencari yang tidak ada lalu menjadi ada, melainkan memetik yang sudah disediakan yang sudah dekat dan berada disekitar kita. Oleh karena itu bekerja itu sesungguhnya wujud aktifitas “memetik rejeki” dan mudah didapatkan dari pada terminologi “mencari rejeki” yang belum tentu dapat atau tidak rejeki itu. Namun demikian kata mamarina (paman) ulun (saya) syaratnya dalam memetik rejeki tersebut adalah dengan cara mengundang rejeki datang kepada kita, yaitu rejeki akan datang kalau kita “berinfak dan bersedakah” sebagai wujud orang yang berakhlak mulia. Kata Mamarina (Paman) ulun (saya) menegaskan lagi bahwa kalau kamu mau menangkap kupu-kupu, maka tanamlah bunga, karena dengan menanam bunga, kupu kupu itu akan datang, jadi kalau kamu mau memetik rejeki, maka tanamlah dengan infaq dan sedekah, karena dengan infaq dan sedekah itulah rejeki (uang) itu akan datang kepada kamu.

Berita Lainnya

Seberapa yakin sahabat secangkir kopi akan hal itu ? Percaya dan yakinlah rumus yang diberikan oleh Paman ulun (saya) itu, karena rumus ini adalah “rumus alam” yang difirmankan oleh YANG MAHA KUASA dan sudah banyak terbukti dalam kehidupan orang-orang sukses yang hidupnya penuh berkah.

Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi (Redaksi 01)

Dr. Syaifudin

Dewan Redaksi Duta TV

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *