Ngaji Kebangsaan, Bahas Manuskrip Risalah KH. Abdul Qadir Hasan atau Guru Tuha

Banjar , Duta TV – Mengisi materi Ngaji Kebangsaan bersama Lakpesdam PWNU Kalsel, Ustadz Khairullah Zain ungkap isi manuskrip risalah karya KH Abdul Qadir Hasan atau Guru Tuha.

Dalam manuskrip risalah yang ditulis oleh KH Abdul Qadir Hasan atau Guru Tuha, menurut Ustadz Khairullah ada bagian yang sangat penting dan sangat relevan hingga saat ini, yaitu tentang pondasi adab.

“Syekh Abdul Qadir Hasan menuliskan bahwa ada empat sumber segala adab manusia. Bila seseorang mau menjadi orang yang beradab maka harus mengenali empat ini,” katanya.

Berita Lainnya

Sumber pertama, kata Wakil Ketua PCNU Kabupaten Banjar ini adalah pengetahuan terhadap kewajiban atas diri sendiri.

“Ini saya bacakan teks asli tulisan Guru Tuha: Asal yang pertama bahwa mengetahui manusia akan segala kewajibannya atasnya bagi dirinya, yakni ruhnya dan badannya, seperti memelihara badannya bagi segala pengaturan kesehatan, dan memberi makan ruhnya dan akalnya, dengan beberapa adab dan pengetahuan,” ujarnya.

Menurut founder AMANNA Community ini, seandainya Guru Tuha masih hidup di zaman ini, niscaya beliau akan menjadi orang pertama yang mendukung penanganan Pandemi Covid-19 di Kabupaten Banjar.

“Asal yang kedua bahwa mengetahui manusia akan kewajibannya atasnya bagi orang lain, seperti mengasihi ia bagi saudaranya seperti barang yang mengasihi ia bagi dirinya,” lanjut Ustadz Khairullah.

Alumnus Ma’had ‘Aly Darussalam ini, kemudian menjelaskan tentang sumber akhlak nomer dua ini dan korelasinya dengan dakwah saat ini.

Dakwah, kata pengasuh kajian jarak jauh Martapura Indonesia – Perth Australia ini harus didasarkan pada hubungan cinta kasih.

“Dakwah itu mengajak, bukan mengejek. Bukan dakwah namanya bila malah membuat orang lari dari agama ini dan takut mendekat,” terangnya.

“Asal yang ketiga bahwa mengetahui manusia akan segala kewajibannta atasnya bagi tanah airnya, seperti mengasihinya bagi wathan-nya, dan berkhidmatnya dengan ikhlas hati, dan berjalan dengan sekuasanya pada mencarikan kemanfaatan bagi tanah airnya, itupun semata-mata ikhlas juga,” Ustadz Khairullah melanjutkan membaca risalah KH Abdul Qadir Hasan.

Menurut Ustadz Khairullah, pengetahuan atas kewajiban terhadap tanah air, yaitu mencintai dan berusaha bermanfaat bagi tanah air ini sangat penting. Karena itulah Ngaji Kebangsaan ini perlu digelar.

“Asal yang keempat bahwa mengetahui manusia akan segala kewajibannya atasnya bagi Tuhannya, seperti menjunjung segala perintahNya, dan menjauhi segala laranganNya, dan berpegang dengan agamanya,” ujar Ustadz Khairullah membacakan sumber adab yang terakhir.

“Menarik sekali bila kita perhatikan. Kenapa Guru Tuha menempatkan posisi mengenal kewajiban terhadap Tuhan di nomer empat?” tanya Ustadz Khairullah.

Menurut Ustadz Khairullah, inilah yang hari ini diistilahkan oleh pendakwah Internasional Habib Ali Al Jufri dengan Al Insaniyyah Qobla at Tadayyun alias hubungan kemanusiaan mendahului hubungan keberagamaan.

“Jadi jauh sebelum Al Habib Ali Al Jufri mencetuskan hal ini, sudah tersirat dalam risalah yang ditulis oleh Guru Tuha,” ujarnya.

Ustadz Khairullah Zain berharap semoga manuskrip risalah karya Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam periode 1940 -1959 tersebut bisa di pelajari.

“Semoga, manuskrip asli ini bisa dipelajari nantinya, mudah mudahan suatu saat bisa diterbitkan, karena isinya luar biasa jika diajarkan.” pungkasnya

Dalam kegiatan Ngaji Kebangsaan ini turut mengisi materi Ketua Lakpesdam PWNU Kalimantan Selatan, M Hafizh Ridha, SH. yang menekankan pentingnya mengenal satu sama lainnya dan lebih jauh memahami karakter satu sama lainnya dalam makna yang lebih luas bukan hanya individu ke indivu tapi dari kelompok, suku, bangsa dan manusia sebagaimana anjuran dalam surah al-Hujurat ayat 13.

Bagaimana bisa mencintai negeri ini sebagaimana syair Ya Lal Wathan Hubbul Wathan Minal Iman yang selalu dikumandangkan dikalangan generasi muda wabil khususn Nahdliyin bila kita tidak mampu memahami secara utuh negara ini sehingga tujuan akhirnya baldatun thoyyibatun warabbun ghafur benar bisa direalisasikan.

Sedangkan aktivis Muda NU Kalsel yang juga Demisione Ketua PKC PMII Kalimantan Selatan, Muhammad Ramli Jauhari. Lebih lugas menekankan dan meminta betapa pentingnya literasi agar semua kader punya wawasan yang mumpuni, karena semua dimulai dari bacaan sebagaimana anjuran ayat suci Al-Quran Iqra! Bacalah,. Maka diharapkan dengan literasi yang baik kita semua bisa menjadi lebih baik dalam mencintai negeri ini

Kegiatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan Ngaji Kebangsaan diikuti oleh peserta Masa Kesetiaan Anggota Mahasiswa (Makestama) IPNU dan IPPNU Institut Agama Islam Darussalam (IAID).

Acara ini sendiri berlangsung  di Aula Gedung Serba Guna Taman Hudaya, jalan Teluk Sanggar Irigasi, Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar, sabtu (26/12).

Tim Liputan

 

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *