Jangan Kaget, Ekspor Minyak Sawit Bakal Jeblok

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan nilai ekspor produk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia akan mengalami penurunan signifikan hingga akhir 2019.
“Nilainya akan turun. Walaupun kita lihat tonasenya (volume) meningkat, tapi siap-siap dengan angka nilai ekspor secara bulanan atau kuartalan turun,” ujar Wakil Ketua Umum Gapki Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan, Togar Sitanggang, usai rapat di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (19/6/2019).
Togar mengatakan, penurunan nilai ekspor akan terjadi signifikan karena harga FOB (freight on board) CPO yang saat ini sangat rendah berkisar US$ 470/MT dan RBD olein di kisaran US$ 500/MT akan terus bertahan hingga akhir tahun.
Menurutnya, tidak ada lagi cara untuk meningkatkan harga CPO dalam waktu dekat sehingga bisa mendongkrak ekspor. Peningkatan penyerapan dalam negeri melalui program B30 (biodiesel 30{5b1a8e93fac51023fbcea5a31a1f1c34877e15d45a6e19a88118d1d7c5787696}) diperkirakan baru akan berjalan di tahun depan.
“Semua sudah mengantisipasi B30, tapi itu kan baru akan berjalan di 2020. Jadi kalaupun harga akan sedikit naik, itu baru di akhir tahun dan sudah enggak berpengaruh terhadap keseluruhan ekspor tahun ini,” jelasnya.
Namum, ia masih optimistis volume ekspor CPO semester I-2019 serta hingga akhir tahun akan meningkat hingga 10{5b1a8e93fac51023fbcea5a31a1f1c34877e15d45a6e19a88118d1d7c5787696} dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Rasa optimistis ini didasari pada sentimen pasar di negara tujuan ekspor untuk membeli sebanyak-banyaknya di saat harga sedang rendah.
“Ini kan harganya lebih murah sehingga cenderung bisa menarik pembelian lebih banyak,” katanya.
Selain itu, aturan Renewable Energy Directives (RED) II Uni Eropa, yang menetapkan volume impor CPO Eropa untuk biofuel di tahun ini sebagai basis (baseline) pengurangan bertahap hingga 2030, juga akan membuat importir di Eropa memasok CPO sebanyak-banyaknya sebelum pengurangan bertahap mulai berlaku di tahun depan.
“Kita tahu 2019 sebagai baseline volume impor mereka ke depannya. Jadi mungkin volume ekspor CPO untuk Eropa akan sedikit meningkat tahun ini supaya kita mendapatkan baseline yang lebih tinggi daripada sebelumnya,” jelas Togar.
Hal yang sama dikatakan oleh Ketua Bidang Luar Negeri Gapki, Fadhil Hasan, menurutnya, volume ekspor ke China dan Eropa akan terus meningkat.
“Ke China itu CPO dan produk turunannya masih berpeluang. Ke Eropa juga saya kira enggak banyak berubah. Potensi peningkatan volume ekspor itu masih ada,” katanya.