Indahnya “Tersesat”

Ini becanda ya ? Bukan ! Tersesat memang keadaan yang tidak disukai banyak orang. Terutama orang – orang yang mencari jalan yang lurus, jalan yang benar. Tersesat di sini mengenai keadaan yang tidak terduga namun justru membawa ke hal baru lainnya. Bingung ya ? Jangan dong, karena kita akan bersenang – senang saat ‘tersesat’ nanti.

Saat ke Bali, saya dan teman menyewa mobil untuk mendatangi tempat – tempat wisata yang terbilang jauh dari penginapan di Kuta. Sengaja di 3 hari pertama kami menyusuri lokasi yang jauh dan arahnya bertentangan.

Di hari terakhir kami memutuskan menyewa sepeda motor untuk menikmati suasana di seputaran Kuta. Masa’ yang jauh – jauh sudah, yang dekat malah belum. Teman saya yang daya ingatnya, biasanya, sangat tajam meyakinkan bahwa ia tahu rute mana saja yang harus kami lalui. Maka perjalanan 2 orang yang sama – sama asing dengan kota wisata yang mendunia inipun dimulai.

Begitu keluar jalur utama selepas dari hotel, kami langsung tersesat !

Baru sadar jika jalanan di sana kebanyakan satu arah. Untuk bisa sampai ke kota saja, ada rute yang sama yang kami lewati sampai 3 kali. Kami masuk jalan – jalan kecil yang entah tembusnya kemana. Alih – alih bertanya ke orang atau merutuki daya ingat kami yang ternyata mengkhawatirkan, kami memilih untuk terus jalan sambil mencari ‘jalan keluar’. Tentu saja sambil tertawa tak henti sepanjang jalan, terutama jika mendapati tikungan atau nama jalan yang sama. Itu artinya kami masih berkutat di situ – situ saja.

Di rute ini kami jadi tahu tempat – tempat berjualan souvenir yang cantik dan murah ! Cewek ketemu barang harga murah ? Surga !

Searah jarum jam : tari Kecak – Danu Berantan, Taman Ayun – Mengwi, pertunjukan tari – GWK, pantai Pandawa, Bali Bird Park, pantai Padang Padang (doc.pribadi)

 

Petualangan ‘tersesat’ belum berakhir. Kami yang penasaran dengan pantai – pantai di sanapun keluar kota.

10 kilometer …

20 kilometer …

Kami masih asyik dengan pemandangan di kanan kiri yang terdiri dari resto, tempat seniman memahat patung, sanggar tari, bangunan – bangunan tradisional yang berdampingan dengan sentuhan modern. Ketika jalan mulai bercabang – cabang, dan sekuat tenaga kami mengingat mana arah pulang, kami berbalik arah. Sambil pulang inilah kami kembali ‘tersesat’.

Teman saya mengingatkan tujuan kami. Maka di setiap marka bertuliskan ’pantai’, kami berbelok dan masuk ke sana. Memerlukan perjalanan beberapa kilometer, melewati pepohonan rindang, dan kami sudah masuk ke pantai. Terus terang saya lupa apa saja nama pantai yang kami datangi hari itu.

Pertama pantai yang kami datangi lumayan dangkal, sehingga aman untuk anak – anak. Orang tua juga nampak mengawasi anak – anak yang bermain bersama karet pelampung. Kemudian pantai selanjutnya sepi. Kami asal saja masuk ke pantai itu dan mendapati serombongan umat Hindu sedang melakukan upacara di sana, lengkap dengan pakaian adat. Di sini kami tak lama – lama karena tak ingin mengganggu. Pantai selanjutnya hanya kami lihat dari tepi jalan. Sehari sebelumnya kami juga sudah mendatangi pantai demi pantai di belahan Bali lain, termasuk pantai Padang Padang tempat syuting Eat Pray Love, sehingga wisata pantai kayaknya sudah cukup.

 

Searah jarum jam : Pemandian Tirta Empul, Garuda Wisnu Kencana, Goa Gajah, Danu Berantan (doc.pribadi)

 

Yeah … Kami ‘tersesat’ tapi tidak kehilangan arah. Yang kami lakukan adalah mengubah suasana yang sebenarnya kurang nyaman, menjadi perjalanan yang tidak sia – sia. Kalau saja kami mempunyai peta, mungkin kami akan sampai dengan cepat ke tempat tujuan. Tapi kami memilih untuk ‘tersesat’ yang di kemudian hari hal itu selalu memicu tawa kami.

Kalau tidak tersesat, kami tidak akan tahu bahwa pantai di sana tidak melulu dipenuhi turis. Ada juga pantai untuk penduduk lokal bahkan khusus anak – anak. Bahwa upacara keagamaan juga dilakukan di tepi pantai, tidak melulu di Pura seperti yang selama ini kami ketahui. Kami juga surprise bahwa ada pantai yang menarik tiket hanya Rp 2.000,- per sepeda motor.

‘Tersesat’ memberi  kami pelajaran untuk saling memahami dan memaafkan orang lain maupun diri sendiri.(ey)

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *