Eco-Ramadan Ajak Beribadah Sambil Lestarikan Lingkungan

Bulan Ramadan diwarnai dengan tradisi takjil dan buka bersama. Sayangnya, jika tidak dikelola dengan baik, hal itu akan menghasilkan sampah cukup banyak. Karena itu, gerakan eco-Ramadhan muncul mengajak beribadah di bulan suci sambil menjaga kelestarian lingkungan.

Mulai dari kolak, es kelapa, sampai gorengan, takjil memang identik dengan Bulan Ramadan. Sementara agenda buka bersama pun terus berdatangan, dari teman kerja, reuni sekolah, atau sembari bakti sosial. Tak bisa dipungkiri, takjil dan buka bersama sudah jadi tradisi.

Masyarakat memang cenderung lebih konsumtif selama Ramadan, ujar penggagas eco-Ramadan DK Wardhani, alias Dini. “Pada saat Ramadan kan yang awalnya kita nggak pernah jajan takjil atau camilan, saat Ramadan kita beli di luar,” ujarnya ketika berbincang kepada VOA, Jumat (10/5).

Tanpa disadari, tradisi khas Ramadan menghasilkan banyak sampah.. Di Jakarta, misalnya, sampah bertambah 864 ton bahkan di hari pertama Ramadan. Kenaikan jumlah sampah ini diperkirakan terjadi banyak kota lain.

Sampah-sampah itu, ujar Dini, berasal dari wadah plastik dan kresek untuk takjil.

“Yang sebenarnya tidak kita perlukan. Jadi kita itu sebenarnya nggak terlalu perlu banget tapi kita terlena, termanjakan, kita lihat itu (plastik) sebagai sebuah kepraktisan. Akhirnya kita menggunakan jalan yang singkat ini, sebenarnya kita nggak butuh-butuh banget,” terang penulis ‘Menuju Rumah Minim Sampah’ ini.

Eco-Ramadan adalah satu dari berbagai upaya Dini dalam pelestarian lingkungan. Pada Mei 2018, Dini menggagas kelas nol sampah (zero waste). Selain itu, dia mendorong masyarakat mengurangi plastik bersama komunitas Sahabat Alam Cilik (SAC) di Malang, Jawa Timur. Alih-alih plastik, dia menganjurkan memakai tas belanja kain, serta membawa botol minum dan wadah makanan sendiri.

Islam Ajarkan Pelestarian Lingkungan

Agama Islam, ujarnya, mengajarkan pelestarian lingkungan sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat Al Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW.

Salah satunya tercantum dalam surat Al-Isro ayat 26-27 bahwa, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”

Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan telah menerbitkan fatwa 47 tahun 2014 pengelolaan sampah. Namun, Dini mengakui, belum banyak yang mengetahui ketentuan ulama ini.

“Memang saya kira sosialisasinya ke bawah yang mungkin kurang, jadi masih sedikit yang mengetahui fatwa tersebut,” jelasnya.

Karena itu, dia mendorong terutama komunitas muslim bisa mengurangi sampah selama Ramadan.(voa)

 

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *