Berderai Air Mata, PM Inggris Umumkan Hari Pengunduran Diri

Dengan berderai air mata, Theresa May mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif sekaligus perdana menteri Inggris pada 7 Juni mendatang.

“Ini telah dan akan selalu menjadi penyesalan terdalam saya karena saya belum bisa menyelesaikan proses Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa),” kata May dalam pidato di depan rumah dinasnya di Downing Street, Jumat (24/5) pagi.

Dengan suara parau dan wajah muram, May kembali berkata, “Saya akan mengundurkan diri sebagai Pemimpin Partai Konservatif pada hari Jumat, 7 Juni mendatang. Proses pemilihan pemimpin baru harus langsung dimulai pada minggu setelahnya.”

Dikutip AFP, pengunduran diri May menandakan pemilihan calon penggantinya dimulai. Proses tersebut diperkirakan akan berlangsung selama enam minggu.

Sebelum mengumumkan pengunduran dirinya, May telah bertemu dengan Komite Konservatif 1922. Komite tersebut memiliki mandat memutuskan masa jabatan perdana menteri dan menentukan pengunduran dirinya

Bendahara Komite 1922, Geoffrey Clifton-Brown, mengatakan May akan tetap menjabat sebagai PM sementara dewan tersebut memilih penggantinya.

“Akan jauh lebih teratur jika dia (May) tetap sebagai PM saat ini sementara kami menjalani proses pemilihan pemimpin Partai Konservatif yang pada akhirnya akan mengambil alih jabatan perdana menteri,” kata Clifton-Brown kepada BBC.

May, yang awalnya mendukung Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa, mengambil alih jabatan PM setelah pendahulunya, David Cameron, mengundurkan diri. Pengunduran diri Camoran terjadi tak lama usai referendum Brexit pada 2016 lalu.

Sejak mengambil alih kekuasaan, May berjanji untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dan mempersatukan kembali pemerintah. Namun, jalan May tidak semulus itu.

May berulang kali mengalami krisis kepemimpinan hingga mosi tidak percaya karena kabinetnya dan perlemen terus berselisih terkait proses perundingan Brexit.

Kubu pemerintah dan oposisi di Inggris masih belum mendapatkan titik temu kesepakatan yang harus dicapai dengan Uni Eropa sebelum Inggris hengkang dari blok tersebut.

Di satu sisi, May ingin Inggris tetap memiliki hubungan dagang dengan Uni Eropa ketika resmi keluar, sementara pihak oposisi mendesak agar negara mereka benar-benar memutus hubungan dengan blok tersebut.

Sejauh ini, Uni Eropa telah memperpanjang tenggat waktu bagi Inggris untuk keluar dari keanggotaan sebanyak tiga kali. Jika mengacu pada konstitusi, Inggris seharusnya rampung menyelesaikan proses Brexit sejak 29 Maret lalu.

Namun, setelah dua kali mundur, Uni Eropa memberikan Inggris lagi tenggat waktu untuk menyelesaikan Brexit hingga 31 Oktober mendatang.(ey)

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *