“BANJARMASIN KOTAKU DAN KOTA KITA”
BANJARMASIN-DUTATV. Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, seorang pelatih bola di Eropa dalam suatu pertandingan sepak bola berhadapan dua tim yang sangat berbeda kualitasnya diminta komentar pada suatu pertandingan intinya dikatakan “Kalau kualitas tim anda berada jauh dengan tim lawan, maka bermainlah dengan penuh kebanggaan dan kehormatan”. Begitulah kalau orang bertanya dengan kondisi kotaku, akupun bercerita dengan rasa bangga dan hormat, terlepas dari penilaian orang apakah kotaku ini sudah maju atau masih tertinggal jauh dibandingkan dengan kota lain yang lebih tua atau muda usianya.
Sahabat ! Kota Banjarmasin sudah berusia 493 tahun (lebih tua satu tahun dari kota Jakarta), yang di usia ini Banjarmasin telah berkembang pesat menjadi KOTA METROPOLITAN sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Bapenas saat mendiskusikan posisi perpindahan Ibu Kota RI ke Kalimantan Timur, bahwa Banjarmasin dikembangkan menjadi Kota Metropolitan baru di Kalimantan karena dari segi wilayah, posisinya berdekatan dengan Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan Barito Kuala, sehingga sangat strategis dan potensial menjadi Kota MtropolitaN yang disebut KOTA METROPOLITAN BANJARBAKULA.
Sahabat ! tidak mungkin bagi saya dalam tulisan yang singkat ini mengupas seluruh aspek kehidupan masyarakat Banjarmasin di ulangtahunnya yang ke 493 ini, namuN kali ini ijinkan saya memfokuskan bercerita tentang SUNGAI DI BAWAH KEPEMIMPINAN IBU SINA DAN HERMANSYAH, yang membawa Banjarmasin semakin dikenal secara Nasional bahkan Internassional sebagai Kota Seribu Sungai. Lihat saja betapa tidak hampir semua event budaya dan keramaian kota ini dari skala Lokal dan Nasional bahkan Internasional di adakan di pinggir dan di atas sungai, sungguh pemandangan yang indah dan unik keberadaan sungai Martapura yang posisinya membelah kota Banjarmasin ini.
Sahabat ! tidaklah berlebihan kalau saya mengatakan Ibnu Sina dan Hermansyah yang telah mengangkat parawisata sungai secara serius dan konsisten sepanjang kepemimpinannya sebagai Walikota dan Wakil Walikota, tentu dengan tidak menampikan peran pendahulunya yang sudah ada membenahi kawasan sungai ini, lantas mengapa sungai yang dijadikan ikon ? Banjarmasin sebagai “bandar” dalam sejarahnya memang di singgahi oleh para pedagang karena letaknya di pinggir sungai dan hampir semua kawasan sejak saya masuk ke Banjarmasin 40 tahun yang silam memang terdapat banyak anak sungai yang berpusat di sungai Martapura, sehingga seluruh aktivitas warga semula mayoritas dilakukan lewat transportasi sungai.
Sahabat ! saya ingat betul bahwa saat kecil kami tinggal di daerah Sungai Tabuk sebagai pinggiran kota Banjarmasin, kalau ke Banjarmasin atau mengikuti keramaian (karasmin) di Banjarmasin, kami berangkat pakai perahu kecil bermotor melewati sungai lulut dan tembus ke sungai veteran dan keluar di sungai depan tempikong, namun seiring waktu terdapat sungai yang menyempit karena orientasi pembangunan menciptakan daratan atau urukan, dan juga jembatan-jembatan yang dibangun oleh setiap rumah yang berada di samping sungai seberangnya, telah menjadikan sungai itu menyempit dan nyaris tidak kelihatan lagi sebagai sungai karena wujudnya berubah hanya menjadi selokan air.
Sahabat ! adanya perhatian dan normalisasi sungai serta menjadikan sungai sebagai ikon Kota Banjarmasin sungguh tepat, karena baik dilihat dari sisi historis dan keunikan budaya Banjarmasin bermula dan berkembang bersama sungai, banyak lagu dan puisi tercipta dengan tema sungai, banyak daerah namanya di dahului dengan kata sungai, sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan Banjarmasin dan orang Banjar itu identik dengan sungai dan “anak sungai”. Lantas seterusnya kita memerlukan konsistensi Pemerintah Kota dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama kembali membangun dan atau menormalisasi sungai kita ini, beserta hiasan-hiasan kota pinggir sungai.
Sahabat ! suatu tantangan bagi kita semua untuk selalu menanamkan nilai-nilai kecintaan terhadap sungai, karena sungai ini ibarat urat darah kita, kalau aliran sungai ini terhambat, atau kotor sama maknanya aliran darah ditubuh kita terhambat dan kotor yang kemudian akan menyebabkan kita sakit. Begitulah setiap adanya tindakan yang membuat aliran sungai kita terhambat dan kotor, seperti membuang sampah, maka hal tersebut sesungguhnya akan mengotori diri kita sendiri, dan sungguh malangnya kita berbuat membuat sakit diri kita sendiri.
Sahabat ! kita ucapkan penghargaan dari terikasih kepada Walikota dan Wakil Walikota serta seluruh jajarannya atas usahanya membangun Banjarmasin sebagai Kota Sungai dan teruslah membenahi kawasan sungai dengan program “WATER FRONT CITY”. Dan Selamat serta terimakasih kepada warga yang ikut memelihara sungai kita.
SAHABAT DENGAN PENUH BANGGA DENGAN SEGALA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA “INILAH KOTA KU DAN KOTA KITA BANJARMASIN KOTA SUNGAI BARASIH WAN NYAMAN DIUSIANYA YANG KE 493”
Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.
#Semakintuasemakinbijaksana
#semakintuasemakinbahagia