“IDEALISME MEDIA ?”
BANJARMASIN-DUTATV.COM Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, bulan Februari 2020 membawa berkah tersendiri kepada saya, disela-sela perhelatan Hari Pers Nasional yang di adakan di Banua Kalimantan Selatan, terdapat beberapa “orang hebat” bisa mampir atau dimampirkan ke warung Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, dan kali ini orang hebat tersebut adalah sosok yang saya sebut sebagai “orang tua” saya sendiri, beliau adalah Fachry Muhammad sang pendiri Smart FM Network dan sekarang aktif di Dewan Penasihat PWI Pusat.
Sahabat ! dimasa beliau aktif di Smart FM Network, saya berkesampatan beberapa kali ketemu beliau, dan pada saat ketemu tersebut (termasuk pertemuan kali ini) selalu keluar petuah-petuah yang sangat mengena di mata batin saya, sehingga tidak berlebihan kalau beliau ini sosok panutan dalam mengembangkan idealisme dalam industri media, sehingga pada sepuluh tahun yang lewat saat saya diminta oleh pemegang saham dutatv mengelola dutatv, langsung saya jawab “ok”. Ok karena saya mendapat suntikan vitamin idealisme dari beliau dan yang uniknya lagi walaupun sedemikian idealismenya menjadi “panglima” dalam pengelolaan media, beliau tetap menyadari sisi bisnis dari media tersebut, dengan bahasa yang lumayan lugas, beliau mengatakan “listrik tidak bisa dibayar dengan pahala” yang maksudnya kita tetap “cari uang” untuk menghidupi roda perusahaan media tersebut.
Sahabat !” idealisme itu semacam roh atau spirit dalam diri kita yang berisi nilai-nilai mulia yang kita yakini kebenarannya, oleh karena itu dalam pandangan filsafat idealisme itu adalah unsur yang sangat penting dalam hidup, karena idealisme itu berbicara tentang fikiran (mind), roh (soul) dan jiwa (spirit) yang tidak berbicara dunia materieal atau kebendaan. Oleh karena itu idealisme menjadi dasar dan atau pusaran kehidupan untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai ideal yang kita yakini kebenarannya, dari sinilah sesungguhnya idealism melahirkan “kebermaknaan” dalam hidup dan kehidupan, hidup tanpa idealisme tak ubahnya seperti “robot” yang tak berjiwa.
Sahabat ! pada saat idealisme dipasangkan dengan kehidupan perusahaan media secara “head to head”, akan berhadapan dengan dua kepentingan berbeda, yaitu kepentingan yang bersifat material dan pragmatis untuk memperoleh keuntungan ekonomis dengan kepentingan immaterial dalam nilai-nilai sakral yang diperjuangkan melalui media tersebut.” Dalam kerangka inilah terkadang media terjebak pada dilema antara mengikuti selera murahan “pasar” untuk mendapatkan uang, sementara kondisi pasar tersebut tidak sesuai dengan idea[isme yang diperjuangkan.
Sahabat ! dari dilema itulah saya pernah mencoba mengabungkannya dengan konsep BISNIS IDEALISME, suatu konsep mengedapankan idealism dengan cara “menjual” idealisme itu sendiri, sehingga media menjadi corong idealisme dengan dibantu atau tepatnya mengajak para pebisnis untuk mendukung “jualan” idealisme ini sebagai “sumbangsih” mereka untuk masyarakat. Dalam penerapannya ternyata tidak mudah, karena orang-orang bisnis tersebut lebih berfikir pragmatis juga dalam berhubungan dengan media, dan akhirnya saya mulai merubahnya lagi dengan konsep “idealisme” yang dinamis.
Sahabat ! idelaisme yang dinamis adalah idealisme yang memperhatikan realitas kebutuhan bisnis, namun tetap tidak larut dalam pragmatisme untuk mengikuti selera pasar yang tidak mendidik.” Tagline inspirasi banua dan kemudian bermetamorfosis ke “terpercara dan inspiratif” tetap menempatkan media sebagai sarana penyebaran informasi yang mendidik dan inspiratif sebagai lahan “ibadah” saya selama masih dipercaya oleh pemegang saham untuk terus mengelola media ini.
Sahabat ! tantangannya tentu tidak mudah, namun terdapat tangan “Yang Kuasa” untuk selalu memberikan kemudahan dan jalan utnuk membiayai jalannya roda perusahaan, dan keprihatinan saya hanya satu hal saja, yaitu saya masih belum mampu secara maksimal mensejahterakan anak-anak saya di dutatv dan dutatv.com ini.” Ditambah lagi tantangan teknologi informasi sekarang dengan karakter generasi milineal, sesungguhnya terasa berat menimpa bisnis media, namun saya punya keyakinan dengan konsep “idealisme yang dinamis” kami masih mampu bertahan dan berselancar di atas gelombang perubahan tersebut.
Sahabat ! saya sangat setuju dengan ayahnda Fachry Muhammad, bahwa listrik tidak bisa dibayar dengan pahala, namun kita punya keyakinan dengan pahala yang kita dapatkan akan menggerakkan HUKUM ALAM untuk memenuhi seluruh keperluan hidup kita di media, tentu dengan tetap berusaha secara maksimal dan cerdas menjemput rejeki tersebut.
Terimakasih ayahnda Fachry Muhammad telah mampir ke warung SKSI dan sudah menginspirasi kami semua, sepertinya anak bapa Diana Rosianti mewarisi nilai-nilai yang sudah bapa tanamkan, sehingga saya menyebutkan sebagai Fahri Muhammad muda di dutatv dan dutatv.com, karena ditangan dialah bisnis media kami dijalankan.
Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.
#Semakintuasemakinbijaksana
#semakintuasemakinbahagia