Sawit Penjaga Kedaulatan Ekonomi Sekaligus Kelangsungan Hidup Masyarakat

Indonesia kini tengah berjuang untuk melawan Covid-19 yang telah menyebabkan berbagai macam krisis multidimensi, bukan hanya krisis kesehatan tetapi kini telah melanda ke krisis ekonomi. Bahkan data Badan Pusat Statistik menyebutkan hingga kuartal II pertumbuhan ekonomi -5,32 % dengan nilai inflasi per oktober 2020 mencapai 1,42%.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk terus stabilitas ekonomi ditengah pandemic Covid-19, mulai dari mengucurkan sejumlah bantuan langsung tunai kepada masyarakat hingga para pelaku UMKM dan pelajar dan mahasiswa melalui bantuan pendidikan yang telah digelontorkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

Ditengah gempuran kemerosotan perekonomian di Indonesia ini, salah satu harapan untuk kebangkitan ekonomi yaitu melalui komoditas sawit.

Eddy Abdurrachman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)  saat gelaran Fellowship Journalist & Training BPDPKS Bacth 2 pada 21 Oktober 2020 menyebutkan sebagai komoditas strategis, kelapa sawit berperan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
baik dari aspek ekonomi, sosial, dan ketahanan energi. Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit di dunia. Produk kelapa sawit dan turunannya telah diekspor keseluruh penjuru dunia dan merupakan komoditas penghasil devisa ekspor terbesar bagi Indonesia.

Eddy Abdurrachman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)  saat gelaran Fellowship Journalist & Training BPDPKS Bacth 2

Pada tahun 2019, nilai ekspornya (diluar produk Oleokimia & Biodiesel) mencapai USD 15,57 milyar (data BPS) setara kurang lebih Rp 220 trilyun, melampaui nilai ekspor dari sektor migas maupun sektor non migas lainnya.

“Di masa pandemi Covid-19, sektor sawit juga terbukti mampu bertahan dan tetap menyumbangkan devisa ekspor sekitar USD 13 milyar sampai dengan Agustus 2020, ditengah lesunya sektor-sektor penghasil devisa lainnya seperti migas, batubara, dan pariwisata,” ungkap Eddy.

Perkebunan dan Industri sawit juga membuka jutaan lapangan kerja di dalam negeri baik untuk petani sawit, pekerja pabrik, dan tenaga kerja lainnya di sepanjang rantai produksi kelapa sawit dari kebun sampai dengan menjadi produk akhir. Tercatat kurang lebih 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 16 juta tenaga kerja tidak langsung yang diserap oleh sektor sawit.

Terkait komoditas yang strategis ini, tahun 2015 lalu, Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc selaku Ketua Dewan Pembina PASPI sekaligus Menteri Pertanian RI periode 2000-2004 mengungkapkan bahwa industri minyak sawit merupakan industri strategis dalamperekonomian Indonesia baik saat ini maupun di masa depan.

“Industri minyak sawit ke depan juga akan menjadi bagian penting dari sistem kedaulatan energi Indonesia. Tidak banyak sektor ekonomi apalagi pada level komoditas yang dapat berkontribusi yang begitu besar, inklusif dan luas seperti industri minyak sawit,” katanya dalam sambutan yang ditulisnya pada buku Mitos dan Fakta Industri Kelapa Sawit Indonesia.

Menurutnya, dalam dekade terakhir berbagai isu sosial, ekonomi dan lingkungan telah digunakan LSM anti sawit sebagai tema kampanye negatif/hitam terhadap industri minyak sawit Indonesia. Jika hal ini dibiarkan selain menyesatkan banyak orang, juga dapat merugikan industri minyak sawit Indonesia.

“Oleh sebab itu kita memerlukan edukasi publik untuk mengkoreksi pandangan-pandangan yang terlanjur keliru di masyarakat tentang industri minyak sawit,” ungkap Bungaran penuh harap.

Salah satu isu kampanye negatif/hitam yang sering digunakan para pesaing minyak sawit adalah keterkaitan antara minyak sawit dengan masalah gizi dan kesehatan. Tuduhan bahwa minyak sawit tidak baik untuk kesehatan sudah mulai dilakukan pesaing minyak sawit sejak akhir tahun 1970-an.

Berbagai riset gizi dan kesehatan terkait dengan konsumsi minyak sawit juga sudah banyak dilakukan oleh berbagai ahli baik di Indonesia, Malaysia maupun di negara lain. Riset-riset tersebut bukan hanya sekedar memberikan empirical evidence untuk counter tuduhan negatif terhadap sawit, tapi juga untuk memberikan informasi yang lebih luas kepada masyarakat konsumen agar keunggulan gizi yang dimiliki oleh minyak sawit dapat dinikmati konsumen.

Sementara itu, dalam gelaran Fellowship Journalist & Training BPDPKS Bacth 2, Darmono Taniwiryono selaku Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia (MAKSI) dalam paparannya berjudul Aspek Kesehatan dan Keamanan Pangan Produk-Produk Kelapa Sawit mengupas terkait penggunaan kelapa sawit sudah dipercaya dan dipakai oleh manusia sejak 3000 tahun lalu oleh masyarakat di Afrika Barat yaitu Virgin Red-Palm Oil (VRO). Perspektif ini menjadi local wisdom bagi budaya turunan umat manusia dimana sawit itu berasal. Bahkan hingga kini VRO masih tetap eksis dan dikonsumsi masyarakat di Brazil serta beberapa negara di Eropa dan Amerika Serikat dengan dalih kembali kepada produk-produk alami atau herbal.

Darmono Taniwiryono selaku Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia (MAKSI)

Darmono juga menjelaskan terkait Crude Palm Oil CPO yang merupakan raw material bahan baku industry sehingga tidak bisa dikonsumsi secara langsung karena harus dirafinasi serta difraksinasi lebih lanjut. CPO mulai dikenal seiring dengan pertubuhan industry di awal 1900 an.

“Bahkan hingga kini CPO telah berkembang seiring dengan pertumbuhan industri, sehingga segala aspek kebutuhan hidup manusia bisa tercukupi melalui industry turunan CPO,” tambahnya.

Produk-produk sawit pun telah mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari Minyak Goreng dari sawit, sabun, shampoo, deterjen, lipstick, produk kosmetik, personal care, roti, coklat, biskuit, krimer, margarin, susu formula bayi, dll. Penggunaan minyak sawit dan turunannya, yang merupakan minyak nabati dengan produktifitas tertinggi, menjadikan produk-produk tersebut dapat digunakan oleh segenap kalangan masyarakat kita dengan harga yang relatif terjangkau.

Diantara berbagai macam manfaat minyak sawit bagi kesehatan manusia dan telah dibuktikan melalui penelitian kesehatan maupun kedokteran yaitu vitamin A dari minyak sawit bagi kesehatan manusia telah banyak dibuktikan melalui penelitian kesehatan/ kedokteran. Diantaranya mencegah defisiensi vitamin A, pencegahan dan penanggulangan kebutaan, memperbaiki kekebalan tubuh. Bahkan juga bermanfaat bagi pencegahan penyakit kanker/tumor, anti radikal bebas, menghambat pembengkakan hati, peningkatan imunitas tubuh, penurunan kolesterol, fungsionalitas mental, pencegahan penyakit jantung koroner dan pembuluh darah dan lain-lain.

Terkait dengan kesehatan, Darmono juga menguraikan hendaknya mengkonsumsi minyak nabati yang mengandung asam lonoleat (omega 6) dibawah 20 % karena jika tidak dipastikan kita akan mudah gemuk dan terserang penyakit jantung.

Kiky Arianzah

 

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *