Rangkaian Bencana dan Fenomena Alam di Akhir Tahun 2021

DUTA TV — Di penghujung tahun 2021, terjadi beberapa bencana alam dan fenomena alam yang menggemparkan masyarakat. Dari yang disebabkan oleh alam sendiri dan juga manusia, dari yang memberi efek dalam waktu singkat maupun efek jangka panjang. Diantaranya sebagai berikut:
- Peristiwa La Nina

La Nina bisa terjadi karena adanya pendinginan suhu air di Samudera Pasifik sehingga mengurangi produksi awan pada Samudera Pasifik Tengah. Peristiwa ini bisa terjadi di Indonesia pada musim penghujan di sekitar bulan Desember hingga Februari, sehingga bisa berdampak meningkatnya curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Akibat dari La Nina, beberapa daerah di Indonesia mengalami curah hujan yang terus menerus dan tak sedikit dampak yang disebabkan oleh fenomena alam ini. Dari Banjir, tanah longsor, gelombang tinggi, dan munculnya musim pancaroba. Bukan hanya dari segi geologi dan humaniora, La Nina juga bisa berakibat pada perekonomian pada suatu daerah yang terdampak. Seperti gagalnya panen hasil pertanian dan perkebunan, serta ancaman ketahanan pangan. Para nelayan juga terancam akan kesulitan untuk mendapatkan hasil laut karena perkiraan cuaca buruk.
Dilansir dari Kompas.com (31/10/2021), BMKG telah mengeluarkan peringatan dini tentang ancaman La Nina menjelang akhir tahun ini. Berdasarkan pemantauan terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina yaitu sebesar -0.61 pada dasarian I Oktober 2021.
Menurut data BMKG, pada penghujung Oktober beberapa daerah sudah memasuki musim hujan, sementara lainnya masih mengalami pergantian musim (pancaroba). BMKG memprakirakan bahwa pada awal November, hujan berintensitas sedang hingga lebat akan terjadi di Sumatera bagian tengah dan selatan, sebagian besar pulau Jawa, Kalimantan bagian tengah dan barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Papua.
- Kalimantan Selatan Kembali Menghadapi Banjir

Belum genap setahun berlalu, beberapa daerah di Kalimantan Selatan kembali terendam banjir, seperti yang pernah terjadi pada Januari 2021 lalu. Banjir yang merendam 6 kabupaten di Kalsel diantaranya, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan, Tabalong, dan Banjar, diprediksi oleh karena hutan di Pegunungan Meratus semakin gundul, sehingga berkurangnya daerah resapan air hujan. Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Kalsel meminta masyarakat tetap waspada, mengingat perkiraan BMKG puncak banjir akan terjadi pada Maret 2022.
Selain di 6 daerah tersebut, pusat kegiatan Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin juga sempat terendam banjir di beberapa titik tertentu. Berbeda dengan penyebab banjir pada Januari 2021 lalu yang disebabkan karena buruknya drainase air, Banjir pada bulan Desember 2021 kali ini disebabkan oleh Banjir rob, yakni banjir rob adalah peristiwa naiknya permukaan laut atau air laut ke daratan yang disebabkan oleh air laut pasang. Air sering kali naik pada saat malam hari, dan biasanya mulai surut pada saat menjelang siang.
- Erupsi Gunung Semeru

Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan awan panas pada Sabtu (04/12/2021) sekitar pukul 15.00 WIB. Awan panas yang mengepul menyebabkan cahaya matahari tertutup dan menyebabkan jam 16.00 WIB di sana sudah terlihat seperti malam hari. BNPB mengatakan bahwa sampai hari Sabtu (11/12/2021), seminggu setelah erupsi pertama Semeru, terdapat 49 korban jiwa, 169 orang luka-luka, dan 22 orang hilang. Para warga terdampak mengungsi ke beberapa titik yang tersebar, seperti di Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, dan Kabuapten Malang.
Lalu pada hari Kamis (16/12/2021), Gunung Semeru kembali erupsi sekitar pada pukul 09.01 WIB. Ini kepanikan warga dan elawan, serta kunjungan Wapres, Ma’ruf Amin digantikan menjadi teleconference. Pencarian korban pada erupsi sebelumnya juga dihentikan untuk sementara waktu.
- Gempa Bumi yang Terjadi 2 Kali Dalam Sepekan

Pada hari Selasa (14/12/2021) terjadi gempa bumi di Flores Timur, NTT, berkekuatan 7.4 magnitudo dengan kedalaman 12 km, dan berpotensi tsunami. Getaran gempa terasa hingga tiga kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dan enam kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain itu, pada hari Kamis (16/12/2021) juga terjadi gempa di sekitar Jember, Bali, dan Banyuwangi dengan kekuatan 5.1 mangnitudo dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Tim Liputan