Penyebab Harga Beras Mengalami Kenaikan

Jakarta, DUTA TV — Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan sejumlah faktor yang menyebabkan harga beras mengalami kenaikan. Namun, Kementan memastikan stok bahan pangan itu masih mencukup sampai akhir tahun.
Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Ismail Wahab mengatakan harga rata-rata beras di penggilingan sudah mencapai Rp10.300 per kilogram (kg), sedangkan harga beras di tingkat konsumen pada September 2022 tercatat Rp11.707 per kg. Pada Oktober, harga rata-rata beras sudah mencapai 11.858 per kg.
Faktor pertama yang menyebabkan harga beras naik, kata Ismail, adalah pola musiman produksi beras. Produksi biasanya mulai meningkat pada Januari-Februari dan akan mencapai puncak panen pada Maret-April, dan akan terus menurun pada bulan-bulan berikutnya.
Faktor kedua adalah penggunaan pupuk non-subsidi.
“Sekarang ini rata-rata petani berusaha tani menggunakan pupuk non-subsidi yang harganya jauh dari harga pupuk subsidi. Dan mereka rata-rata menggunakan NPK yang harganya mahal. Itu mereka untuk mengkompensasi penggunaan pupuk yang non subsidi tadi, mereka menjual gabahnya relatif lebih tinggi daripada sebelumnya,” ungkap Ismail.
Lanjutnya, kenaikan harga beras ini tidak lepas dari dampak kenaikan harga BBM subsidi pada September yang berimbas pada kenaikan biaya upah pekerja petani hingga Rp25.000 per hari.
Meski harga beras naik, Ismail memastikan bahwa stok beras ini masih cukup sampai akhir tahun.
“Dari segi produksi ya tadi cukup, tapi komponen-komponen yang membuat produksi itu menjadi naik, cost-nya nambah, ya otomatis harganya naik,” tambahnya.
Berdasarkan hasil survei cadangan beras nasional yang dilakukan oleh Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementan menunjukkan bahwa stok cadangan beras nasional mencapai sekitar 8 juta ton yang tersedia sampai Desember. Selain itu, saat ini ada sekitar 1,88 juta ton stok beras di penggilingan dan di pedagang.(voai)