NTB dan NTT Tanggap Darurat Kekeringan

Jakarta, DUTA TV — Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Sahdan, melaporkan bencana kekeringan di NTB yang terjadi pada Agustus lalu berdampak pada 151.444 keluarga atau 558.253 jiwa. Bencana tersebut mengancam ketersediaan sumber air bersih warga dan kegiatan pertanian di wilayah itu.

“Ada tujuh kabupaten/kota, kemudian ada 67 kecamatan dan 274 desa terdampak yang terdata sampai saat ini,” kata Sahdan dalam webinar Talk Show Tim Intelijen Penanggulangan Bencana bertema Antisipasi Bencana Hidrometeorologi, Kamis (2/8).

Sahdan menerangkan curah hujan di NTB pada Agustus 2021 berada pada kategori rendah, yaitu 0-50 milimeter. Curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Batu Layar, Lombok Barat, dengan jumlah curah hujan sebesar 88 milimeter per dasarian. Dasarian adalah satuan waktu meteorologi yang lamanya adalah sepuluh hari.

Sejauh ini Kabupaten Sumbawa telah menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan. Tiga daerah lainnya, yaitu Kota Bima, Kabupaten Dompu dan Lombok Barat, berstatus siaga darurat

BPBD Nusa Tenggara Barat memproyeksikan penanggulangan dampak kekeringan tersebut akan merogoh dana sebesar Rp27 miliar. Penanggulangan tersebut dilakukan melalui penyediaan 77.000 tangki air bagi 380 desa/ kelurahan di 77 kecamatan.

Situasi serupa juga terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sekitar 72 persen provinsi tersebut mengalami hari tanpa hujan yang sangat panjang hingga ekstrem, yaitu 31-60 hari.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Ambrosius Kodo, melaporkan kekeringan terjadi di Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Sikka dan Sumba Timur yang telah melakukan intervensi distribusi air bersih bagi masyarakat.

“Masyarakat mulai mengalami kesulitan air bersih. Beberapa kabupaten sudah dilaporkan masyarakat mulai kesulitan mendapat air bersih. Kemudian terjadi dua kasus kebakaran hutan dan lahan, yakni di kabupaten Lembata sebagai efek lelehan lava gunung berapi dan di Kabupaten Flores Timur,” kata Ambrosius Kodo.

Menyikapi ancaman bencana kekeringan itu, Pemerintah Provinsi NTT telah melaksanakan rapat koordinasi terkait penanganan kekeringan serta mengaktifkan kelompok kerja untuk menganalisa data dan informasi. Analisa tersebut akan digunakan untuk merekomendasikan kebijakan penanganan kekeringan.(voai)

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *