Menguak Praktek Prostitusi Melalui Media Sosial

DUTA TV BANJARMASIN – Kasus dugaan prostitusi online yang terungkap di Banjarbaru, menambah daftar panjang kasus prostitusi online di banua. Fenomena ini kian memprihatinkan lantaran pelakunya dan penikmatnya justru kalangan remaja belia.
Tak hanya di kota Banjarbaru kasus prostitusi online juga berkembang di Banjarmasin. Bahkan bisnis esek-esek tersebut sudah mulai dilakukan secara terang terangan melalui sebuah aplikasi media sosial.
Dalam prosesnya kami mencoba melakukan pembuktian dengan cara sederhana. Kami cukup melakukan penelusuran sejumlah kawasan di kota Banjarmasin, dan melakukan pemindaian sebuah aplikasi pertemanan yang kini seolah beralih fungsi dan tak tepat guna.

Hasilnya dalam sekejap tak kurang dari sepuluh akun diduga PSK online terjaring di aplikasi kami, mereka menawarkan diri dengan kalimat istilah “BO†atau Boking Out.
Lihat juga :Kasus ‘Remaja Tiktok’ Dilimpahkan ke Polres Banjarmasin
Harga yang ditawarkan pun beragam dari Rp300.000,- hingga Rp1.000.000,- untuk sekali kencan atau yang sering disebut short time.
Untuk memberi kesan mereka adalah PSK dan menarik minat pria hidung belang, si pemilik akun biasanya memajang foto syur.
Proses pembuktian maraknya prostitusi online pun kami lanjutkan. setelah serangkaian chat, kami menemui salah seorang PSK yang sepakat dibayar dengan tarif tertentu untuk sekali kencan, di salah satu tempat yang disepakati.
Transaksi untuk pembuktian keberadaan penyakit masyarakat berlanjut, setibanya dilokasi ada proses verifikasi keamanan sederhana yang harus dilalui.
Pemesan tidak langsung dapat masuk kamar dan bertemu si PSK, tapi harus diantar atau dijemput seorang untuk memastikan keberadaan pemesan atau pengguna jasa.
Lihat juga :Cerita Dibalik Praktek Prostitusi Online
Awalnya penjemput disebutkan seorang perempuan berpakaian berwarna putih, namun ternyata ini hanya pengalihan saja. Para penjaja seks ini sengaja menggunakan strategi khusus agar tak ditertipu oleh calon pelanggannya, karena faktanya belakangan yang menjadi penghubung justru mengenakan pakaian warna gelap.
Proses verifikasi selesai, kami pun diajak menuju kamar dan bertemu dengan si PSK.
Sesampainya di kamar dan berkenalan, kami pun menyampikan niat kami hanya sekedar ingin melakukan peliputan dan menelusuri maraknya praktik prostitusi online.
Meski sempat kaget dan kecewa, namun setelah dijelaskan dan mendapat jaminan identitasnya tetap disembunyikan si perempuan akhirnya bersedia untuk bertutur, bagaimana ia sampai akhirnya terjerumus dalam lubang gelap dunia prostitusi.
Tim Liputan





