Mengenang Malari, Peristiwa Demonstrasi Mahasiswa 48 Tahun Lalu

DUTA TV — 48 tahun yang lalu, pada tahun 1974, terjadi sebuah demonstrasi besar yang dilakukan oleh para mahasiswa. Setelah sekian lama memendam rasa, akhirnya para mahasiswa memberanikan diri untuk berontak, dan terjadilah Peristiwa Malapetaka 15 Januari, atau yang dikenal sebagai Peristiwa Malari.
Aksi demonstrasi ini dilatarbelakangi oleh rasa tidak setuju para demonstran atas kedatangan seorang Perdana Menteri Jepang, Kakuei Tanaka, untuk berinvestasi di Indonesia. Selain itu, para demonstran mahasiswa juga menuntut 3 hal, yakni :
- Pembubaran Lembaga Asisten Pribadi Presiden.
- Kebijakan ekomoni mengenai penanaman modal asing.
- Pemberantasan Korupsi.
Bukan hanya barisan dari mahasiswa, para buruh juga ikut serta, namun disertai dengan aksi yang bar-bar. Para buruh menyerbu Pasar Senen, Blok M, dan Kawasan Glodok. Mereka juga membakar toko-toko dan mobil buatan dari negara Jepang.
Untuk meredakan demonstrasi, Soemitro, tokoh pemerintah, menawarkan dialog antara Dewan Mahasiswa UI dengan Kakuei Tanaka. Akhirnya Perdana Menteri Jepang setuju. Namun, aksi demonstrasi tidak kunjung mereda, hingga TVRI, melalui Bang Ali, menyiarkan bahwa persoalan telah selesai.
Akibat dari peristiwa ini, 807 transportasi buatan Jepang dirusak dan dibakar, 11 orang meninggal dunia, 400 orang luka-luka, 144 buah toko rusak parah, dan 160 kilogram emas hilang dari toko-toko perhiasan.
Selain dari kerusakan fisik dan korban jiwa, ada pula dampak lain dari Malari 1974, yaitu pemberlakuannya Kebijakan NKK-BKK (Normalisasi Kegiatan Kampus-Badan Koordinasi Kemahasiswaan) oleh Daoed Joeseof (Daud Yusuf). Kebijakan tersebut berisikan tentang aktivitas politik dan organisasi mahasiwa di kampus dihilangkan. Kawasan kampus menjadi kawasan yang streril dan bebas dari aktivitas politik.
Kebijakan tersebut dihapus pada tahun 1998.