Menengok Penanganan Anak Korban Kekerasan di Krisis Center Kotabaru

DUTA TV KOTABARU – Suasana hening meliputi ruang konseling dan terapi krisis center layanan terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Kotabaru.

Dengan mata terpejam dan berada di alam bawah sadar, Bunga, bukan nama sebenarnya, mengurai kembali kisah kekerasan seksual yang dialaminya.

Kasusnya dilaporkan pihak keluarga ke polisi bulan April lalu. Yansyah Fauzi, psikolog yang juga seorang hipnoterapis mendengarkan dengan seksama sambil mengamati gestur gadis muda belia itu.

Menggali permasalahan merupakan langkah awal yang dilakukan dalam penanganan korban seperti bunga.

Berikutnya ada tahapan panjang mulai asesmen dan skrining untuk mengetahui ada tidaknya trauma, lalu konseling untuk memahami karakter korban, hingga bisa dilakukan terapi untuk pemulihan psikologis.

proses terapi oleh psikolog
proses terapi oleh psikolog

Terapi ini dilakukan berulang dalam selang minggu atau bulan. Hasilnya tidak selalu sesuai harapan, biasanya karena tidak ada dukungan dari keluarga.

Disfungsi keluarga sendiri menjadi salah satu benang merah dalam banyak kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kotabaru, selain ekonomi lemah.

“Ibarat gelas dikosongkan diisi yang baru, sugesti yang diberikan berlaku sebagai sifat baru, tapi itupun tetap harus mendapat penguatan dari keluarga, sebut saja kita sudah maksimal memberikan terapi, bisa ga dia kembali trauma bisa jika keluarga tidak mendukung prosesnya atau tidak paham,” ungkap Yansyah Fauzi.

Lamanya proses terapi tergantung pada perkembangan kepribadian korban hingga dinyatakan siap kembali ke masyarakat.

Dalam kondisi tertentu, penanganan tidak berhenti sampai di situ. Misalnya jika si anak dari keluarga tidak mampu, ada program dukungan dari Dinas Sosial seperti pemberian keterampilan.

 

Reporter : Nazat Fitriah

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *