Kabar Dari Madinah : Indahnya Perbedaan di Madinah

Kota Madinah tak pernah sepi dipadati oleh tamu Allah. Para jemaah umroh berdatangan dari berbagai negara di dunia, termasuk dari Indonesia. Dari Indonesia, selain menggunakan penerbangan Garuda Indonesia Airlines dan penerbangan lokal Indonesia lainnya,  para jemaah yang mendarat di Bandara King Abdul Aziz,  Jeddah, sebagian juga menggunakan Saudia Airlines yang langsung mendarat di Bandara Madinah.

Jadwal kedatangan dan kepulangan yang begitu padat,  membuat Masjid Nabawi yang menjadi tujuan utama para jamaah, selalu hidup selama 24 jam.

Kota Madinah dikenal sebagai  Madinah al-Munawwarah “Kota yang bercahaya”  sekaligus Ibukota dari Provinsi Madinah di Arab Saudi. Kota Madinah merupakan kota paling suci kedua menurut agama Islam setelah Mekkah. Di sini terdapat Masjid Nabawi,  rumah sekaligus makam Nabi Muhammad SAW, sehingga Masjid Nabawi dikenal juga sebagai Masjid Nabi.

Sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah pada 22 September 622, nama kota itu adalah Yatsrib. Sebelum masuknya Nabi Muhammad SAW dan Islam,  suku-suku di Yatsrib tidak mengenal persatuan. Masing-masing suku dipimpin oleh kepala suku yang memikirkan kepentingan sukunya sendiri. Ini mengakibatkan terjadinya persaingan untuk memperoleh pengaruh yang besar di wilayah tersebut. Tidak jarang terjadi ketegangan di antara suku-suku itu, bahkan peperangan. Dari segi ekonomi dan politik, masyarakat Yahudi Yatsrib tergolong yang paling kuat.

Setelah Nabi hijrah ke Yatsrib tahun 622, kota itu diubah namanya menjadi al-Madinah al-Munawwarah. Nabi kemudian mempersaudarakan umat Islam Makkah dan Madinah berdasarkan ikatan akidah Islamiyah. Rasulullah SAW juga mempersatukan seluruh penduduk Madinah, baik Muslim, Yahudi maupun penyembah berhala berdasarkan ikatan sosial politik dan kemanusiaan. Hal itu ditetapkan dalam Piagam Madinah dengan prinsip-prinsip kebebasan beragama, toleransi, persamaan, persaudaraan, dan tolong-menolong.

Jadi pada jaman Rasulullah SAW,  Kota Madinah adalah cerminan toleransi dan  keberagaman sesuai aturan Islam.  Tidak ada kaum minoritas yang termarginalkan dalam urusan muamalah. Masing – masing menghargai kepercayaan tanpa saling mengganggu.

Madinah secara berangsur-angsur berubah menjadi ibukota Kekaisaran Muslim, dengan pemimpin pertama langsung oleh Nabi Muhammad SAW, kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin : Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali. Kota ini menjadi pusat kekuatan Islam dalam abad-abad komunitas Muslim mulai berkembang. Madinah adalah tempat bagi tiga masjid tertua yang pernah dibangun, yaitu Masjid Quba, Masjid Nabawi, dan Masjid Qiblatain (“masjid dua kiblat”). Dengan berkembangnya waktu, saat ini, seluruh penduduk Madinah adalah muslim, dan untuk menjaga kesucian kota ini,  non muslim tidak diperkenankan untuk memasuki Kota Madinah,  sebagaimana Kota Makkah.

 

 

Jemaah Umroh dari berbagai negara memadati Masjid Nabawi

 

Syafaat Rasulullah SAW terhadap Kota Madinah  sangat terasa saat kita memasuki kota ini.  Ada kedamaian dan rasa tenang,  sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya oleh Rasulullah SAW.  Sebagaimana Kota Makkah,  Kota Madinah juga mampu menyatukan berbagai perbedaan dan aliran yang diyakini oleh kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia. Di Kota ini,  semua mematuhi apa yang sudah ditetapkan oleh pimpinan tertinggi Masjid Nabawi.  Semua berdamai dengan berbagai perbedaan, menuju satu tujuan,  untuk mendapat ridho Allah dan syafaat Rasulullah. Semua bersabar untuk ziarah ke makam Rasulullah SAW  yang dikenal dengan Rauda (Taman Surga),  dimana selain terdapat makam Rasulullah SAW  juga terdapat makam sahabat Abu Bakar As Sidiq dan Umar Bin Khatab.

 

Jemaah Umroh Perempuan sabar menanti antrian untuk ziarah, shalat sunnah dan berdoa di Raudah, Masjid Nabawi (3/01/2019)

 

Meski pada akhirnya otoritas Saudi Arabia harus membatasi kedatangan jemaah umroh maupun haji dengan membuat regulasi,  tetap tidak mengurangi jumlah kunjungan umat muslim. Setiap saat quota harus bertambah,  dan setiap saat regulasi pun berubah. Bukti bahwa Rasulullah adalah pusat dari persatuan umat muslim,  saat beliau hidup maupun setelah kembali kepada Allah SAW, syafaatnya terus mengalir.

Yaa Rasulullah Salam alaika

 

 

 

 

 

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *