Hj. Jum’ah, Berdampingan Baayun Maulid Dengan Buyut

DUTA TV BANJARMASIN – Pagelaran festival tradisi ba’ayun maulid di masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin yang digelar Minggu (17/11) pagi tidak hanya di ikuti oleh anak-anak saja, namun juga orang dewasa hingga lanjut usia.

Salah satunya peserta baayun di nomer ayunan 584, yakni Hj. Jum’ah, warga jalan Kuin Selatan yang berusia 94 tahun.

Meski sudah memiliki keterbatasan pendengaran, Nenek Jum’ah yang sudah memiliki umur hampir satu abad  terlihat tenang dan santai menjalani prosesi ba’ayun maulud, berdampingan dengan anak – anak yang bisa di katakan buyut beliau.

Menurut anak Nenek Jum’ah, Faridah, keikutsertaan Nenek Jum’ah ini tak lepas dari keinginan hatinya yang bernazar agar bisa ikut baayun maulid lantaran sebelumnya hanya menemani sang cucu dan buyut.

“Beliau mau ikut. Beliau punya nazar mau ikut, tahun ini mau baayun mauled. Biasanya beliau menemani cucu dan buyut saja,”ujar Faridah.

Tradisi ba’ayun maulid dulunya merupakan sebuah tradisi keluarga kerajaan Banjar yang hingga kini terus dilestarikan. Pada masanya, tradisi ini juga digunakan sebagai sarana pengenalan agama Islam.

“Tradisi ba’ayun maulid ini khususnya dimulai  para keluarga di kerajaan Banjar atau tepatnya di Kraton Kuin yang dikenal Kraton Sultan Suriansyah. Dimana ini adalah tradisi untuk mengenalkan Islam sejak anak – anak yang ada di kerajaan Banjar,”papar ketua harian masjid sultan suriansyah KH M. Nur Yasin

Ia juga menerangkan makna dari pernak pernik  yang digunakan dalam tradisi tersebut.

“Kuning adalah lambang dari kerajaan Sultan Suriansyah yang menandakan kewibawaan dan memiliki kehormatan yang terbentuk dari jiwanya. Kemudian pernak pernik dan ada bagian atasnya itu menandakan anak – anak, gagah, tetapi masih memiliki budaya dan adat istiadat,”lanjutnya.

Tradisi baayun maulid mulai masuk ke masyarakat setelah jaman kerajaan dan mulai berkembang ke Martapura, namun hanya di lakukan di rumah – rumah.

Memasuki tahun 1981, tradisi ini diadakan masal dan pertama kali digelar di Rantau. Setelahnya dibawa ke Kuin Banjarmasin dan pertama kali dilaksanakan di Makan Sultan Suriansyah hingga akhirnya digelar di Masjid Sultan Suriansyah hingga saat ini.

 

Reporter : Ade Yanuar

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *