Bertahan Atau Berhenti Merokok?

Perilaku mengisap rokok adalah suatu fenomena yang unik. Fenomena unik karena mungkin hampir semua orang mengetahui bahayanya, bahkan perokok itu sendiri. Akan tetapi, mengapa perokok cenderung ingin tetap bertahan? Apabila ingin berhenti, terasa begitu sulit bagi mereka. Ketika mencoba berhenti, tiba masa untuk kembali mengisap rokok, sampai akhirnya belum berhasil untuk berhenti.

Menyadur dari buku Health Psychology oleh Shelley Taylor, ada beberapa hal yang melatarbelakangi kesulitan untuk berhenti mengisap rokok. Hal tersebut meliputi:

• Adiksi terhadap rokok yang sulit dihindari. Terlebih lagi, perilaku merokok seringkali dihubungkan dengan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Sebagai contoh, bercengkerama dengan teman, berdiskusi, atau bermain musik.

• Pola merokok cenderung individual sehingga intervensi kelompok untuk mengubah perilaku merokok itu menjadi sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan tidak mudah untuk memahami dan menghadapi motif yang mendasari seseorang untuk merokok.

• Berhenti mengisap rokok menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan dalam jangka waktu pendek, seperti mual, sakit kepala, sakit perut, lelah, cemas, insomnia, ataupun mudah tersinggung.

• Mengisap rokok diyakini dapat membuat suasana hati meningkat, menjaga diri dari kecemasan, rasa tersinggung, serta kesal.

• Mengisap rokok dapat menjaga berat badan (menurunkan berat badan), terutama bagi perokok remaja perempuan atau dewasa wanita.

Pandangan terhadap rokok sebagai hal yang tidak baik bagi kesehatan bukanlah salah, tetapi tidak berarti non-perokok memandang perokok sebagai sebuah kesalahan besar. Salah satu perokok mungkin ada yang menyatakan, lebih baik menyampaikan secara personal, bila merasa tidak nyaman daripada memberikan tanda nonverbal yang membuat perokok merasa tidak nyaman, bahkan tersinggung.

Baik perokok maupun nonperokok, memiliki kondisi nyaman masing-masing. Perokok berhak untuk mengisap rokok, nonperokok berhak untuk menghirup udara bebas asap rokok. Perbedaan kondisi ini seringkali menimbulkan keadaan tidak nyaman bagi kedua belah pihak. Tanpa disadari, mungkin memang nonperokok akan memberikan tanda nonverbal sebagai bentuk tidak suka dan kesal. Di sisi lain, mungkin perokok juga tidak peka melihat keadaan yang sesuai untuk merokok saat itu juga.

Menyikapi hal tersebut, kedua belah pihak diharapkan dapat saling menghargai dan memahami keadaan masing-masing. Untuk perokok diharapkan memperhatikan situasi terlebih dahulu. Dengan memperhatikan situasi, ia dapat melihat apakah memang itu area khusus rokok atau bukan.

Apabila bukan apakah memang dipenuhi oleh orang lain yang sedang menghisap rokok? Apakah tidak akan mengganggu kenyamanan orang lain yang tidak merokok ?

Sementara bagi non-perokok, bisa mencoba untuk menegur atau menyampaikan ketidaknyamanan yang dirasakan terhadap perokok di saat yang tepat. Salah satunya bisa disampaikan setelah perokok sudah selesai merokok. Akan tetapi, bila memang kamu adalah orang yang tidak kuat dengan asap rokok (seperti mudah sesak nafas), kamu bisa menyampaikannya pada saat itu, secara personal atau memilih untuk pergi menjauh dari perokok tersebut.

 

Oleh : Yusman AsriadiKo

Helman

Uploader.

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *