Ada Karyawan Dipecat karena Emoji, Begini Etiket Kirim Pesan ke Atasan

Seorang pekerja di Changsa, Yunan, China baru-baru ini dipecat oleh manajernya. Alasannya tak disangka, karena penggunaan emoji. Hal tersebut terjadi ketika wanita tersebut diminta bosnya untuk mengumpulkan dan mengirim sejumlah dokumen melalui aplikasi pesan WeChat. Pekerja itu lalu mengirim emoji ‘OK’ sebagai tanda mengerti.

Tak disangka karena hal tersebut ia mendapat masalah besar. Manajer tampaknya tersinggung melihat ikon bergambar jari telunjuk dan ibu jari yang membentuk huruf O itu. Tak lama kemudian manajer langsung memecat pekerja malang tersebut dengan alasan kurang disiplin.

Emoji ‘OK’ yang bikin karyawan dipecat. Foto: istimewa

Peristiwa yang terjadi di Yunan, China, tersebut juga menimbulkan kontroversi. Ada netizen yang menganggap ia pantas dipecat karena sikap tidak profesional, ada pula yang membela dan menilai bosnya tidak perlu sampai memecat tapi cukup ditegur keras.

Terlepas dari kontroversi tersebut, mengirim pesan teks ke atasan melalui aplikasi chat seperti WhatsApp, LINE, atau WeChat memang harus ada etiketnya.

Berikut ini ‘aturan tak tertulis’ bagaimana seharusnya chatting dengan atasan maupun rekan kerja, seperti dikutip dari Huffington Post.

1. Jaga Profesionalitas
Meskipun hubungan dengan bos atau kolega sudah cukup dekat, tapi jika itu menyangkut pekerjaan, sikap profesional harus tetap ditegakkan. Setiap bentuk komunikasi merupakan cerminan profesionalisme Anda, termasuk pesan teks yang sederhana sekalipun.

Meskipun ada ratusan emoji jenaka, jangan sekali-sekali menggunakannya saat perbincangan serius yang berkaitan dengan pekerjaan. Kecuali jika rekan kerja yang memulainya terlebih dahulu atau situasinya sedang santai.

2. Pesan Teks Jelas dan Spesifik
Saat mengirim pesan teks ke atasan, jangan menggunakan kalimat atau kata-kata yang ambigu. Berikan informasi yang jelas dan sespesifik mungkin sehingga tidak ada misinterpretasi, atau pemahaman yang berbeda dengan bos.

Hindari bercanda atau menyelipkan humor yang mungkin bisa dimaknai berbeda oleh si penerima teks. Jangan pula gunakan tanda baca seperti titik-titik, tanda seru atau tanda lain yang tidak jelas maknanya. Tanda tanya (?) boleh saja digunakan apabila Anda ingin menanyakan atau mengonfirmasi sesuatu.

3. Balas Segera
Begitu melihat pesan teks masuk dari bos, segera balas, maksimal lima menit. Terlebih lagi jika itu menyangkut masalah pekerjaan.

Namun apabila Anda tidak bisa segera membalasnya karena berada di toilet atau ponsel sedang tidak dipegang, minta maaf terlebih dahulu sebelum menanggapi konteks utama dari pesan tersebut. Segera membalas pesan teks memperlihatkan kalau Anda karyawan yang bisa diandalkan.

4. Teks Jangan Terlalu Panjang
Sebaiknya kirimkan pesan teks yang padat, jelas, tapi akurat. Hindari penjelasan panjang ketika chatting dengan atasan karena pesannya bisa saja terpecah-pecah dan membuang waktu bagi bos yang sedang menangani banyak pekerjaan. Selain itu bahasa tulisan juga lebih sulit dipersepsikan dengan tepat.

Jika harus menjelaskan sesuatu panjang lebar, mintalah izin terlebih dahulu melalui pesan teks untuk meneleponnya. Ketika atasan sudah mempersilakan, baru telepon untuk berbicara.

5. Tutup Percakapan dengan Sopan
Jika pesan teks dengan atasan sudah selesai, akan lebih bagus bila Anda jadi pihak terakhir yang menutup percakapan. Pamitlah dengan kalimat jelas. Misalnya ‘terima kasih pak/bu’, ‘baik pak/bu’, atau dengan janji akan segera meng-update atau follow up tugas yang diberikan.

 

https://wolipop.detik.com/worklife

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *