10 Oktober Hari Kesehatan Mental Sedunia, Gen Z Paling Rentan

Jakarta, DUTA TV Hari Kesehatan Mental Sedunia atau biasa dikenal dengan sebutan World Mental Health Day diperingati setiap tahun pada 10 Oktober.

Momen ini penting untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.

 

Generasi Z atau Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 – 2012, kerap menjadi sorotan karena mereka lebih rentan terhadap masalah mental ketimbang generasi sebelumnya.

Melansir dari BTPN, banyak penelitian dan survei menunjukkan bahwa Gen Z mengalami tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Survei tahun 2022 oleh Harmony Healthcare IT menunjukkan bahwa 42% dari generasi Z telah didiagnosa mengalami masalah kesehatan mental.

Penyebab masalah gangguan jiwa atau mental pada Gen Z

  1. Teknologi dan Media Sosial

Dikutip dari BTPN, meskipun teknologi memberikan banyak manfaat seperti akses informasi dan komunikasi yang mudah, penggunaannya yang berlebihan dapat berdampak negatif.

Media sosial, khususnya, sering dikaitkan dengan perasaan rendah diri, kecemasan sosial, dan FOMO (Fear of Missing Out).

Gen Z tumbuh di era di mana media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, sehingga tekanan untuk terlihat sempurna dan membandingkan diri dengan orang lain menjadi sangat besar.

  1. Tekanan Karier dan Akademis

Gen Z juga menghadapi tekanan yang signifikan dalam hal karier dan akademis.

Dengan persaingan yang semakin ketat, banyak dari mereka merasa harus mencapai prestasi yang tinggi di sekolah dan mendapatkan pekerjaan yang baik untuk masa depan yang lebih stabil.

Tekanan ini sering kali menyebabkan stres yang berlebihan dan kecemasan akan masa depan.

Ditambah lagi dengan semakin tingginya biaya pendidikan, banyak dari mereka yang juga terbebani oleh masalah keuangan.

  1. Tidak Stabilnya Politik dan Ekonomi

Generasi Z tumbuh di lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian politik dan ekonomi.

Ketidakpastian ini dapat menyebabkan perasaan cemas dan stres secara terus-menerus.

Gen Z juga sering kali merasa bahwa masa depan mereka tidak seaman atau sebaik yang mereka harapkan.

  1. Perubahan Sosial dan Kultural

Perubahan sosial dan kultural yang cepat juga berkontribusi pada masalah kesehatan mental Gen Z.

Norma-norma sosial yang berubah, inklusi yang lebih besar dari berbagai identitas gender dan seksual, serta meningkatnya kesadaran akan isu-isu sosial seperti kesetaraan ras dan keadilan sosial, semuanya dapat menambah kompleksitas dalam kehidupan mereka.

Meskipun perubahan ini seringkali positif, proses adaptasinya dapat menyebabkan stres dan kebingungan.

  1. Kurang Dukungan Kesehatan Mental

Meskipun ada peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, tak sedikit Gen Z merasa bahwa mereka tidak memperoleh dukungan yang layak.

Stigma sosial yang terkait dengan masalah kesehatan mental masih ada, dan akses ke layanan kesehatan mental yang terjangkau dan berkualitas pun belum merata.

Banyak dari mereka merasa tidak tahu ke mana harus mencari bantuan atau merasa takut untuk membicarakan masalah mereka secara terbuka.

Akibatnya, hal ini dapat memengaruhi seluruh aspek kehidupan, mulai dari prestasi akademis, produktivitas kerja, hingga hubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.(mi)

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *