Perayaan Maulid Rasa Lebaran di Desa Tebing Tinggi
Balangan, DUTA TV — Sejumlah daerah memiliki tradisi dan keunikannya tersendiri dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Salah satunya keunikan di Desa Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan. Pasalnya di daerah ini, saat bulan maulid, masyarakat berlomba-lomba dalam menyiapkan hidangan di rumah masing-masing untuk para tetamu yang akan singgah ke rumah mereka layaknya momentum lebaran.
Sebelum melaksanakan kegiatan acara habsyi, ceramah dan do’a bersama dimasjid, pada pagi hari para tamu lebih dulu dipersilahkan singgah ke rumah warga untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh pemilik rumah.
Setelah acara selesaipun para tamu akan dipanggil kembali untuk datang dan menyantap hidangan yang ada. Jenis makanan pun bermacam-macam di berbagai rumah warga.
“Biasanya diacarakan dua hari, pertama penyembelihan sapi dihari pertama, jadi hari pertama tu makan bersama juga bersama masyarakat, ya kita tu disini jarangan kikil sapi, tulang-tulangannya jadi makan bersama, diselamati, baca doa haul, hari esoknya baru puncak pelaksanaan, tapi pagi biasanya minum-minum sama makan kue-kue, habis tu ada makanan nya lagi kaya nasi kuning, ada yang gado-dado, ada yang bakso, macam-macam tiap rumah, lain-lain makanannya,” kata Muhammad Ramli, Warga.
“Kalau itu terserah aja pemilik rumahnya, masing-masing aja, terserah aja masakannya apa,” ucap Rusmana (Ketua RT)
Waktu pelaksanaan acara maulid di desa ini berbeda-beda dikarenakan ada tiga kelompok dari 3 RT dalam pelaksanaannya.
Mahasiswa KKN UIN Antasari yang ikut hadir dalam pelaksanaan acara maulid mengaku bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di desa ini sangat unik dan berbeda dengan perayaan ditempat lain.
“Pembacaan maulidnya tu cuman di satu tempat, masjid atau dilanggar, setelah pembacaan maulid iti selesai, barulah warga-warga tuh menyebar kerumah warga-warga yang lain untuk makan bersama menikmati jamuan yang disediakan oleh orang rumah,” Tutur Amir, Faulina dan Ocha, Mahasiswa.
Diketahui, kegiatan ini ternyata tradisi turun temurun yang sudah berlangsung sejak zaman dahulu dan terus terjalankan hingga saat ini. Selaian mengambil berkah dan syafaat Nabi Muhammad SAW, tradisi ini juga mampu menjadi sarana menjaga silaturahmi antar warga.
Tim Liputan