Tradisi Batamat Desa Aluan Besar, Diarak Hingga Bawa Balai
HST, DUTA TV — Dilepas dengan sholawat dan beras kuning, salah satu peserta yang mengikuti betamat al quran ini diarak dari rumahnya menuju mesjid.
Sebelum menuju mesjid, sesuai dengan tradisi mereka harus saling menunggu satu sama lain, dimulai dari peserta yang tempat tinggalnya lebih jauh, untuk kemudian bersama sama diarak dengan payung kembang menuju lokasi betamat.
Keunikan tradisi betamat Desa Aluan Besar Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini juga terlihat dari atribut yang harus dibawa peserta.
Atribut itu yakni balai, sebuah miniatur mesjid maupun rumah banjar yang diisi dengan makanan seperti ketan, ayam dan telur serta dihiasi uang pecahan hingga makanan ringan.
Makanan hingga uang pecahan yang ditancapkan di bagian luar miniatur balai pun diperebutkan warga saat memasuki pertengahan prosesi betamat. Sedangkan yang di bagian dalamnya diserahkan kepada para guru mengaji sebagai bentuk terimakasih dari para peserta yang telah menamatkan kajiannya.
Tradisi betamat ini merupakan kegiatan setahun sekali yang sengaja digelar warga Desa Aluan Besar, setiap hari raya umat islam, baik itu hari raya idul fitri maupun idul adha.
Namun tahun ini, tradisi ini digelar bertepatan dengan moment idul fitri yang mana tujuannya adalah untuk memotivasi warga lain untuk mengkaji al quran. Pasalnya, saat moment idul fitri lah desa ini kerap disambangi warga dari kota terutama mereka yang mudik ke kampung halaman. Bahkan karena keunikannya, peserta betamat juga ada yang jauh-jauh datang dari kota Banjarmasin.
“Hari ini ada 20 yang ikut Betamat, diadakan setiap tahun dilaksanakan di mesjid karena idul Fitri biaanya masyarakat ada yang berasal dari desa aluan ni datangan. memotivasi lah untuk mereka cinta al quran. Ada jua harus meulah balai ya meramii jua. Menurut kebiasaan kami ayam telur biasanya ayam diserahkan kepada pengajar telur jua karena telur ada juga untuk penerang hati supaya mau mengaji jua biasanya kan guru ngaji kada digajih jadi dikasih ayam,” kata H. Umar, Pengurus Mesjid Al- Qarar
“Kami berasal dari Banjarmasin pertama disini meriah dari di Banjarmasin dan nenek nya ada disini jadi pas kebetulan pulang kampung kami ikuti tradisi disini. Disini dilengkapi dengan adatnya seperti balai untuk persembahan kepada guru mengaji berupa makanan baik ayam satu ekor dan ketan di Banjarmasin tidak ada seperti ini harapan kita semoga anak anak kami jadi kebanggan orangtua,” ucap Arie Alfian Noor, Orang Tua Peserta Betamat .
Seperti tradisi betamat pada umumnya, peserta yang mayoritasnya anak-anak ini juga harus mengenakan pakaian adat banjar. prosesi diakhiri dengan pembacaan ayat suci al quran secara bergantian oleh masing-masing peserta.
Reporter : Evi Dwi Herliyanti