Telur Asin Difa, Diproduksi oleh Kaum Disabilitas
Banjarmasin, Duta TV — Keterbatasan fisik tak membuat para penyandang disabilitas di Kota Banjarmasin berdiam diri.
Sulitnya mencari kerja di eks ibu kota provinsi ini membuat mereka banting setir menciptakan lapangan kerja sendiri.
Pembuatan telur asin menjadi pilihan mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Menjajal usaha ini sejak empat bulan lalu, kaum difabel Kota Seribu Sungai ini mengaku mampu memasarkan hingga 320 butir telur per minggu.
Berbeda dari telur asin pada umumnya yang dibuntel dengan abu gosok, telur asin mereka ini dibungkus dengan bata yang dihaluskan dan sudah dicampur garam.
Telur ini pun diberi nama “Telur Asin Difa,” yang merupakan singkatan dari “difabel.”
Telur Asin Difa ini dipastikan higienis. Sebelum dibaluri bata bercampur garam, telur bebek ini terlebih dahulu dibersihkan dengan dua kali pembersihan.
Setelah dipastikan bersih, telur ini diterawang dengan menggunakan sinar guna memastikan tidak dalam kondisi busuk.
Selanjutnya, satu per satu telur dibaluri bata bercampur garam.
Uniknya, proses pematangan Telur Asin Difa ini menggunakan metode kukus.
Berbeda dari telur kebanyakan yang direbus, metode dikukus ini dipilih untuk menjaga kualitas telur agar tidak lembek.
“Kami menciptakan lapangan kerja sendiri. Untuk kelompok Telur Asin Difa ini ada enam orang, kalangan yang membuat penyandang tuna daksa. Kami kadang melamar kerjaan lebih banyak kurang dipercaya,” ujar Selamat Triadi, Ketua DPC PPDI Banjarmasin.
Setelah menunggu dikukus kurang lebih 2 hingga 3 jam, akhirnya telur asin ini matang. Usai didinginkan, Telur Asin Difa siap untuk dikemas dan dipasarkan.
Diketahui, Telur Asin Difa ini dipasarkan dari warung ke warung dan dijajakan oleh anggota Persatuan Penyandang Disabilitas Kota Banjarmasin. Satu butirnya, Telur Asin Difa ini dijual seharga 4.500 rupiah.
Hmm… bagaimana? Tertarik untuk membeli dan mendukung perkembangan UMKM yang satu ini? Kalian bisa datang langsung ke Jalan Belitung Darat, Gang Demang Nomor 10, Banjarmasin Barat.
Reporter: Nina Megasari