Tayangan ’13 Reasons’ di Netflix Ditengarai Dorong Remaja Bunuh Diri

Angka bunuh diri di kalangan remaja AS usia 10 hingga 17 tahun melonjak ke angka tertinggi dalam kurun waktu 19 tahun terakhir di bulan dirilisnya serial televisi populer yang menggambarkan seorang remaja putri yang mengakhiri hidupnya, ujar para peneliti.

Studi yang dipublikasikan hari Senin tidak dapat membuktikan bahwa tayangan Netflix berjudul “13 Reasons Why” adalah penyebabnya, namun jumlah kasus bunuh diri yang ada lebih tinggi 195 kasus di kalangan remaja dibandingkan dengan angka yang diperkirakan dalam kurun waktu sembilan bulan setelah dirilisnya tayangan di televisi itu pada bulan Maret 2017, dengan mempertimbangkan tren riwayat dan bunuh diri musiman, demikian estimasi dari studi tersebut.

Selama bulan April 2017 saja, ada lebih dari 190 orang di kalangan mereka yang menjelang usia akil balik dan akil balik yang melakukan bunuh diri. Angka bunuh dini pada bulan April 2017 adalah 0,57 per 100.000 orang, hampir 30 persen lebih tinggi dibandingkan limat tahun sebelumnya yang disertakan dalam studi. Analisis tambahan menemukan bahwa angka di bulan April lebih tingi dibandingkan kurun waktu 19 tahun sebelumnya, ujar penulis utama studi tersebut, Jeff Bridge, seorang peneliti kasus bunuh diri di Nationwide Children’s Hospital, Columbus, Ohio.

“Pencipta serial televisi tersebut dengan sengaja menggambarkan bunuh diri dari karakter utama dalam film itu. Gambarannya sangat gamblang tentang kematian akibat bunuh diri,” yang dapat memicu perilaku untuk melakukan bunuh diri, ujar Bridge.

Bridge mengakui keterbatasan dari studi tersebut termasuk tidak diketahuinya apakah setiap orang yang melakukan bunuh diri tersebut telah menonton tayangan tersebut. Selain itu, para peneliti juga tidak dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin telah mempengaruhi pelaku untuk melakukan bunuh diri. Ini termasuk kasus bunuh diri yang terjadi pada tanggal 19 April 2017, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh mantan pemain New England Patriots, Aaron Hernandez, dan seorang pria yang dituduh melakukan pembunuhan yang dipublikasikan lewat Facebook dan tewas akibat bunuh diri sehari sebelum Hernandez. Bridge mengatakan semua kematian itu tidak termasuk dalam lonjakan yang ditemukan oleh studi dimaksud untuk keseluruhan kasus yang terjadi di bulan April.

Para peneliti menganalisa data dari badan federal, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) terkait kematian warga Amerika usia antara 10 hingga 64 tahun dari bulan Januari 2013 hingga Desember 2017. Hasil yang mereka peroleh dipublikasikan dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. Para peneliti tidak menemukan adanya perubahan dalam angka bunuh diri pada mereka yang berusia 18 tahun atau lebih setelah tayangan itu dirilis.

Hasilnya masuk akal dan menjadi bukti tambahan bahwa penggambaran oleh media yang sangat meyakinkan dapat memberi pengaruh negatif pada mereka yang berusia muda, ujar pakar sosiologi Anna Mueller dari the University of Chicago, yang tidak menjadi bagian dari penelitian tersebut.

Lisa Horowtiz, salah satu penulis dan peneliti pada National Institute of Mental Health mencatat bahwa bunuh diri adalah kasus kedua tertinggi penyebab kematian di kalangan remaja AS dan menyebutnya “krisis kesehatan publik utama.” Lembaga tempat ia bekerja ikut mendanai studi tersebut.

Angka bunuh diri di kalangan remaja telah meningkat dalam tahun-tahun belakangan dan penelitian lain telah menunjukkan perundungan dan penggunaan media sosial secara berlebihan dapat berkontribusi pada risiko tersebut.

Netflix telah mencantumkan pesan peringatan dengan episode-episode tersebut dan menciptakan situs web dengan nomor telepon krisis dan sumberdaya-sumberdaya lainnya. Pada musim kedua, para aktor tayangan tersebut menawarkan nasihat kepada para pemirsa kemana harus mencari bantuan. Musim ketiga akan tayang menjelang akhir tahun ini.

Alisha Boe, dari kiri, Katherine Langford, Derek Luke, Dylan Minnette, dan Miles Heizer tiba di acara FYSEE “13 Reasons Why” di Raleigh Studio, Los Angeles, Jumat, 1 Juni 2018 (foto: Willy Sanjuan/Invision/AP)

Juru bicara Netflix menyebutkan adanya kontradiksi antara studi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh University of Pennsylvania yang dirilis pekan lalu yang menemukan ada lebih sedikit pemikiran untuk melakukan bunuh diri diantara remaja yang menonton keseluruhan musim kedua tayangan itu dibandingkan mereka yang sama sekali tidak menontonnya.

“Kami telah melihat hasil studi dan mengkaji hasil penelitian yang ada,” ujarnya. “Ini adalah topik yang sangat penting dan kami telah bekerja keras untuk memastikan kami telah menangani persoalan yang sensitif ini dengan cara yang bertanggung jawab.”

Horowitz mengatakan hasil yang baru diperoleh menekankan pentingnya bagi orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memperhatikan remaja di lingkungan mereka.

“Mulailah berdiskusi, tanyakan kepada mereka bagaimana mereka menangani masalah dalam kehidupan, dan jangan khawatir untuk membahas masalah seperti tindakan bunuh diri,” ujarnya. Keyakinan bahwa sekedar bertanya tentang masalah bunuh diri, berbeda dengan mitos yang ada, tidak akan memicu tindakan bunuh diri, ujar Horowitz.

“Salah satu cara terbaik untuk pencegahan adalah dengan bertanya,” ujarnya. [ww/fw]

 

https://www.voaindonesia.com/a/tayangan-13-reasons-di-netflix-ditengarai-dorong-remaja-bunuh-diri/4897171.html

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *