PBSI Banjarbaru Beri Training CPR Pemain Bulu Tangkis
Banjarbaru, DUTA TV — Pengurus Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kota Banjarbaru melaksanakan training cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) dan pengetahuan dasar tanda – tanda gangguan jantung pada pemain dan atlet, baru-baru tadi.
Puluhan pemain dan pengelola gedung bulu tangkis, mengikuti terobosan pelatihan tentang gangguan penyakit jantung dan penanganannya, guna meminimalisir munculnya korban jiwa akibat serangan jantung saat berolahraga bulu tangkis.
Terobosan itu dipicu oleh banyaknya gangguan jantung yang dialami pemain bulu tangkis saat berolahraga di gedung, karena minimnya pengetahuan penyakit gangguan jantung, serta teknik untuk penanganan dasar di lokasi kejadian sebelum korban mendapatkan pertolongan dari tenaga medis .
Untuk itu, dalam training ditunjukkan teknik dasar penanganan penderita serangan jantung serta teknik resusitasi jantung paru yang harus dilakukan secepatnya di lokasi, karena keselamatan jiwa korban ditentukan kecepatan penanganan.
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang gangguan penyakit jantung, PBSI Banjarbaru menghadirkan dokter spesialis jantung dr Rifansyah, yang menerangkan beberapa gejala gangguan jantung seperti nafas mendadak sesak dan detak jantung lebih cepat serta badan lemas.
Menurut dr Rifansyah, kasus serangan jantung dan henti jantung pada atlet maupun komunitas olahraga kebanyakan akibat memaksakan diri melampaui batas fisik dan usia, serta tidak mengetahui tanda -tanda gangguan jantung. Padahal gangguan jantung bisa dialami siapa saja dan dimana saja.
“Usia 40 tahun, tapi bertanding dengan usia 25 tahun, memaksakan diri,”katanya.
“Kami ingin pengelola gedung dan pemain memiliki keterampilan penanganan agar meminimalisir korban,”ujar Sugeng Basroni, Ketua Pengkot PBSI Banjarbaru.
“Ciri – ciri yang saya alami seperti yang dokter sampaikan. Namun apakah kami masih bisa berolahraga ?”kata Nasyuqi, penyintas.
Terkait dengan itu, dr. Rifansyah menyatakan bagi penderita jantung tetap bisa berolahraga dengan batasan tertentu, dan diharapkan agar gedung memajang teknik penanganan jantung.
Selain itu, setiap pemain diajarkan teknik untuk menangani sejak usia dini.
Reporter : Tarida Sitompul