Neraca Dagang Tekor, Jokowi Sindir Ibu-ibu Pecinta Barang Impor

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyinggung soal defisit neraca perdagangan. Kali ini, Jokowi menyindir para ibu-ibu yang sangat gemar memiliki produk impor.

Saat membuka sekaligus meresmikan acara Hari Belanja Diskon (HB) Indonesia di Senayan City, Jakarta Selatan. Jokowi meminta kepada seluruh peserta acara untuk mencintai produk dalam negeri.

“Neraca perdagangan kita masih defisit, defisit transaksi berjalan kita masih gede. Kalau kita masih semuanya barang impor, impar, impor, impar, impor, terutama ibu-ibu senangnya megang-megang brand, tas, sepatu, apa itu. kita juga punya yang bagus-bagus,” kata Jokowi, Kamis (15/8/2019).

Dalam rangka menekan defisit neraca perdagangan, Jokowi meminta kepada seluruh produsen tanah air untuk mengisi dan menguasai pasar dalam negeri.

Menurut Mantan Wali Kota Solo, banyak produk dalam negeri yang memiliki kualitas baik dan mampu bersaing dengan produk luar negeri. Bahkan, kepala negara juga meminta kepada seluruh pengusaha khususnya Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) untuk memberikan tempat yang paling depan untuk produk lokal di setiap pusat perbelanjaan.

“Jangan sampai pasar yang ada dikuasai oleh merek-merek luar. Jangan sampai. Saya titip ini. Tugas bapak ibu sekalian mengisi pasar-pasar yang ada,” jelasnya.

Jokowi mengaku bahagia ketika Hippindo mengadakan acara parade brand lokal dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-74. Jokowi pun mendapat laporan bahwa selama acara parade brand lokal di HBD Indonesia mendapat potongan harga 74{5b1a8e93fac51023fbcea5a31a1f1c34877e15d45a6e19a88118d1d7c5787696}.

“Saya sebetulnya sudah lama menunggu acara seperti ini,” ungkap dia.

Defisit neraca perdagangan US$ 60 juta per Juli 2019 dikarenakan nilai ekspor lebih rendah dari nilai impor. Di mana, ekspor Indonesia sebesar US$ 15,45 miliar dan impor US$ 15,51 miliar.

Jika dilihat lebih dalam, untuk ekspor migas sendiri sebesar US$ 1,60 miliar dan impornya sebesar US$ 1,74 miliar. Dari situ terdapat selisih US$ 142,4 juta.

 

https://finance.detik.com

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *