Menag Minta Kampus Islam yang Prodinya Sepi Peminat Dievaluasi

Jakarta, DUTA TV Menteri Agama (Menag) Nasaruddin mengatakan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) agar mengevaluasi program studi (prodi) yang tidak lagi diminati masyarakat.

Ia mengatakan, jangan sampai prodi sepi peminat di PTKIN justru mencetak sarjana pengangguran.

“Anak didik kita bukan yang bodoh, tapi pasarnya yang tidak ada. Mari kita mencetak sarjana yang sesuai dan dibutuhkan zamannya,” kata Nasaruddin Umar saat meluncurkan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) PTKIN 2025 di Aula Kampus UIN Raden Fatah Palembang, pekan lalu.

Menyentil tema PMB PTKIN 2025 “Change The World”, Nasaruddin meminta para rektor PTKIN untuk berani mengevaluasi institusinya sendiri. Dalam konteks ini, jika PTKIN hendak mengubah dunia, evaluasi prodi yang masih layak dan tidak layak untuk tetap dibuka.

“Jika institusi ini ingin mengubah dunia, kita harus berani mengevaluasi, masih layakkah Prodi tertentu untuk dilanjutkan atau tidak,” kata Nasaruddin.

Nasaruddin menjelaskan, permintaan pada rektor PTKIN ini merespons fenomena prodi-prodi sepi peminat di kampus.

Ia mengungkapkan, fakultas di salah satu kampus punya dosen yang lebih banyak dari jumlah pendaftarnya sendiri. Sedangkan fakultas lainnya banyak diminati, tapi hanya membuka kuota 40 mahasiswa.

“Bisa jadi, banyaknya pengangguran dari prodi yang tidak sesuai pasar,” imbuhnya.

Nasaruddin menegaskan evaluasi prodi PTKIN tersebut tidak berorientasi pasar, tetapi kebutuhan di lapangan dengan misi keagamaan.

“Dunia banyak perubahan. Apa yang dibutuhkan pasar, bukan pasar oriented. Kita perlu mencoba idealisme dengan idealisme market. Kecenderungan pasar dengan misi keagamaan,” jelasnya.

Ia mencontohkan evaluasi prodi-prodi pada fakultas syariah di PTKIN. Salah satunya prodi fiqh muamalat.

“Pasar saat ini tidak semua menerima ini,” kata Nasaruddin Umar.

Nasaruddin menjelaskan Imam Syafi’i membuat kurikulum fiqh muamalat 1.400 tahun lalu. Materi dan ajarannya tetap harus dipertahankan di kampus, tetapi menurutnya fakultas tetap harus melihat pasar untuk mempertimbangkan keberadaan jurusannya.(dtk)