“MATEMATIKA BAIK DAN BURUK KEHIDUPAN”

BANJARMASIN-DUTATV.COM Sahabat Secangkir Kopi Seribu Inspirasi, saya membatasi diri yang saya sebut matematika disini hanyalah dalam pengertian yang bersifat hitung-hitungan sederhana yang bertmpu proses PENAMBAHAN (+), PENGURANGAN (-), PERKALIAN (x) dan PEMBAGIAN (:) dalam mengambil logika berfikir yang didasari oleh pemahaman bahwa matematika itu bersifat “logis”, seperti 1 + 1 =2, dan 3-1 = 2, maka kita bisa menyimpulkan bahwa 1 + 1 adalah sama dengan 3 -1. Begitu pula dalam mengambil kesimpulan secara logika, seperti kalau a sama dengan b, b sama dengan c, maka a adalah sama dengan c. Oleh karena itu saya membatasi diri (karena bukan ahlinya) dari diskursus matematika dalam kajian keilmuannya.

Sahabat !  pada saat saya “bermain-main” secara matematis pada  suatu kondisi menemukan adanya kebenaran secara akal sehat yang tidak perlu dibuktikan lagi, maka hal tersebut saya pahami sebagai AKSIOMA, oleh karena itu suatu aksioma sebenarnya tidak perlu kita buktikan lagi, karena secara logis sudah membuktikan kebenarannya. Menariknya dalam keadaan tertentu “pemainan” logika matematis bisa tidak selaras dengan logika social yang bersifat aksioma, seperti yang sering kita dengarkan sebagai goyonan, satu ditambah satu hasilnya adalah dua secara matematis (1+1=2), akan tetapi satu tambah satu dalam ilmu social bisa saja hasilnya relative tiga atau empat (1+1=3) atau (1+1=4) dalam posisi dirumuskan kondisi satu laki-laki ditambah satu perempuan dalam suatu perkawinan, maka akan lahir anak yang bisa saja anak itu satu atau dua (kembar).

Sahabat ! logika matematika dan juga logika social bisa dikatakan menjadi aksioma kalau pernyataannya sudah mengandung kebenaran secara logis yang tidak perlu lagi dibuktikan secara empiris (kenyataannya), lantas hal inilah yang mengispirasi saya untuk merumuskan adanya matematika kehidupan sebagai padanan yang saya sebut logika kehidupan. Logika kehidupan yang saya maksudkan disini adalah logika yang bersifat spritualitas, dengan memasukan dimensi keimanan pada keilmuan dengan berlandaskan kepada ajaran agama.

Sahabat ! dari sinilah saya menemukan perhitungan matematis yang saya rumuskan  dari sebuah hadist  riwayat Bukhori dan Muslim sebagai berikut :

NIAT – (negative atau buruk) = 0

(NIAT -) + DILAKUKAN = 1- (SATU KEBURUKAN)

(NIAT -) + DILAKUKAN = 1- (SATU KEBURUKAN) + TOBAT = 0

(NIAT -) + TIDAK DILAKUKAN = 1+ (SATU KEBAIKAN)

(NIAT +) + TIDAK DILAKUKAN = 1+ (SATU KEBAIKAN)

(NIAT +) + DILAKUKAN = 10 sampai dengan 700 + (KEBAIKAN)

Sahabat ! secara sederhana perhitungan di atas menyatakan bahwa suatu niat jahat saja yang muncul dalam diri kita tidak akan dicatat sebagai kejahatan atau dosa, dan apabila niat jahat itu diwujudkan dalam perbuatan, maka akan dicatat dengan nilai satu dosa, dan apabila  kemudian ia bertobat kepada Yang Kuasa (Allah), maka akan menjadi nol lagi (diampuni).  Begitu pula niat baik saja sudah dicatat sebagai satu kebaikan atau pahala dengan bobot satu, dan apabila niat baik itu diwujudkan dalam perilaku, maka bobot kebaikan atau pahalanya akan berlipat menjadi sepuluh sampai dengan tujuh ratus. Hal ini sekaligus sebagai pembuktian SUNGGUH ALLAH MAHA PENGAMPUN LAGI MAHA PENGASIH.  ( Lihat : QS- ALBAQARAH 192)

Sahabat !  sangat menarik kalau saya mencoba memainkan logika berikut, satu niat jahat yang tidak diwujudkan dalam perilaku atau tindakan adalah sama nilainya dengan hanya berupa niat baik. Sehingga secara logis kita disuruh untuk banyak-banyak mempunyai niat baik dalam kehidupan dan disuruh untuk tidak mewujudkan niat yang tidak baik, dan tentu semakin banyak niat baik yang ada dalam diri atau benak kita maka akan semakin menekan ketitik nol niat yang tidak baik, atau juga kalaupun niat tidak baik itu ada, maka ia akan tertekan menjadi niat yang tidak diwujudkan.

Sahabat ! dahsyatnya lagi pada saat niat baik itu diwujudkan ke dalam tindakan, maka bobot pahala kebaikannya bukanlah satu melainkan nilainya sepuluh sampai dengan tujuh ratus, HAL INI MEMBERIKAN ARGUMETASI YANG SANGAT LOGIS BAHWA ALLAH MENYURUH KITA BERNIAT BERBUAT KEBAIKAN DAN MEWUJUDKAN NIAT BAIK ITU DALAM KEHIDUPAN.

Sahabat ! inilah logika matematika kehidupan yang berdasarkan nilai nilai spiritual, yang berbeda dengan logika matematika kita dalam ilmu eksakta maupun ilmu social, apalagi dalam ilmu ekonomi yang mempunyai kecenderungan sebatas prinsip REWARD AND PUNISMENT YANG SEIMBANG.

MARI KITA ISI FIKIRAN KITA DENGAN NIAT BAIK DAN MELAKUKAN TINDAKAN KEBAIKAN KARENA LAHAN UNTUK ITU TERHAMPAR LUAS DALAM SUASANA PANDEMI VIRUS COVID 19 SEKARANG INI.

Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.

#Semakintuasemakinbijaksana

#semakintuasemakinbahagia