Letusan Matahari Timbulkan Badai Geomagnetik, Aurora Borealis Lebih Jelas
Cahaya Utara atau Aurota Borealis adalah sebuah fenomena visual yang biasanya hanya bisa disaksikan di wilayah sekitar Kutub Utara. Namun, akibat badai geomagnetik yang menghantam Bumi, fenomena itu dapat terlihat di garis lintang yang lebih rendah dalam beberapa hari ke depan.
Para ahli dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), mengatakan, badai itu berintensitas sedang, namun cukup untuk menghasilkan Cahaya Utara di Kanada dan sejumlah negara bagian di AS hingga hari Jumat (17/5).
Apa itu badai geomagnetik?
Badai geomagnetik adalah gangguan di magnetosfer Bumi yang disebabkan oleh interaksi antara angin Matahari – aliran partikel berenergi yang mengalir keluar dari Matahari melalui tata surya – dengan medan magnet Bumi.
Badai geomagnetik dihasilkan oleh semburan angin matahari yang berkepanjangan dan intens.
Badai-badai yang besar disebabkan oleh semburan massa koronal (CME), yang merupakan pelepasan besar plasma surya dan berasal dari zona surya dengan medan magnet yang kuat.
Biasanya CME membutuhkan waktu berhari-hari untuk mencapai Bumi, tetapi badai paling dahsyat datang hanya dalam waktu 18 jam.
Letusan Matahari
Badai geomagnetik pekan ini dihasilkan oleh tiga CME yang berasal dari bintik Matahari – kawasan matahari yang suhu permukaan turun akibat konsentrasi magnetik yang tinggi.
Semburan partikel dari Matahari bergerak melalui luar angkasa, menghantam semua yang dilewatinya.
Dan ketika CME menghantam Bumi, Matahari berinteraksi dengan berbagai atom dan molekul di atmosfer kita. Guncangan ini menciptakan Cahaya Utara atau Aurora Borealis dan Cahaya Selatan atau Aurora Australis (yang terjadi di daerah Antartika).
Dampak yang diakibatkan
Sayangnya, badai geomagnetik yang kuat memiliki beberapa efek samping yang tidak diinginkan. Badai ini dapat mengganggu jaringan listrik, komunikasi, dan sistem navigasi berbasis satelit.
Beberapa ilmuwan menduga, badai geomagnetik ini bisa mengganggu jam biologis manusia dan menyebabkan variasi tekanan darah dan detak jantung.
Ahli astrofisika Rusia Serguei Bogachov mengatakan badai terbaru yang terjadi saat ini merupakan yang terkuat dalam 18 bulan, tetapi dikategorikan sebagai “level tiga dalam skala satu hingga lima”.
NOAA juga menyoroti bahwa bintik Matahari di belakang CME tampaknya akan hancur dan tidak mungkin menghasilkan semburan lebih lanjut yang sangat besar, yang ecara serius dapat mengancam planet ini.
Jadi ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Badai Matahari Besar tahun 1859 – badai matahari paling ekstrem yang tercatat sampai saat ini. Kejadian itu menyebabkan sistem telegraf menyala dan Cahaya Utara terlihat sampai ke bagian selatan Bahama.
Sebuah laporan yang dibuat Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika memperkirakan bahwa “skenario badai geomagnetik yang parah” dapat menyebabkan kerugian senilai US$1 triliun hingga US$2 triliun selama tahun pertama saja, dan dunia membutuhkan pemulihan selama empat hingga 11 tahun.
Untungnya, badai yang terjadi saat ini hanya akan diingat sebagai “bonus” Cahaya Utara.(bbc)