Gray Divorce, tak Sekedar karena Selingkuh atau Krisis Paruh Baya

Jakarta, DUTA TV – Sejumlah orang atau tokoh yang sudah melangsungkan pernikahan hingga puluhan tahun belakangan memilih cerai.

Kabar terbaru datang dari Atalia Praratya atau yang akrab disapa Bu Cinta.

Ia menggugat cerai suaminya, Ridwan Kamil. Informasi ini dikonfirmasi sudah teregistrasi di Pengadilan Agama (PA) Bandung dan didaftarkan melalui kuasa hukum wanita berusia 52 tahun itu.

Terlepas dari kasus yang dihadapi, perceraian pada pasangan usia lanjut (gray divorce) sering memicu spekulasi dan stigma.

Banyak orang mengaitkannya dengan krisis paruh baya, perselingkuhan, atau keputusan impulsif. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks.

Dikutip dari Psychology Today, seorang pria yang menceraikan istrinya di usia tua bukan keputusan mendadak.

Ia memilih berpisah bukan karena orang ketiga, melainkan karena tekanan emosional bertahun-tahun yang perlahan menggerogoti kesehatan fisik dan mentalnya.

Sejumlah studi menunjukkan fakta-fakta penting tentang gray divorce:

Tren ‘Gray divorce’ meningkat

Angka perceraian usia di atas 50 tahun memang meningkat sejak 1990, tetapi tetap lebih rendah dibanding kelompok usia di bawah 50.

Kenaikan ini sebagian dipengaruhi generasi boomer yang lebih terbuka terhadap perceraian dibanding generasi sebelumnya.

Kondisi ekonomi

Perceraian lebih sering terjadi pada pasangan dengan tingkat pendidikan lebih rendah atau yang pengangguran, bukan pensiun. Tekanan ekonomi sering mempercepat keretakan hubungan.

Konflik dan perselingkuhan

Akar kegagalan pernikahan panjang biasanya tertanam sejak lama. Perselingkuhan atau konflik di akhir pernikahan sering kali merupakan gejala, bukan penyebab utama.

Dampak pada anak

Anak tetap terdampak, meski sudah dewasa. Perceraian orang tua dapat mempengaruhi hubungan emosional anak dewasa dengan ayah atau ibu, serta mengubah dinamika keluarga.

Memicu kesedihan jangka panjang

Kesedihan bisa bertahan lama, bahkan jika perceraian dianggap pilihan terbaik. Banyak yang merindukan kebersamaan keluarga besar yang hilang, meski hidup terasa lebih sehat setelah berpisah.

Positif

Ada kemungkinan akhir yang positif. Beberapa orang menemukan ketenangan, kesehatan yang lebih baik, bahkan cinta baru di usia senja setelah melalui perceraian.(dtk)

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *