Debu Batubara dari Kapal Tongkang Cemari Sungai Barito?

Banjarmasin, Duta TV — Komisi III DPRD Kalimantan Selatan telah memanggil Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Lingkungan Hidup Kalsel terkait laporan dugaan pencemaran Sungai Martapura akibat debu batubara dari kapal tongkang atau stokfile.

Komisi III meminta penjelasan dari dinas terkait mengenai kualitas air sungai yang saat ini menjadi bahan baku PDAM setempat untuk didistribusikan kepada masyarakat. Pasalnya, dari laporan masyarakat, terjadi peningkatan debu batubara baik di darat maupun di atas permukaan air, khususnya di kawasan yang berdekatan dengan stokfile PT Talenta Bumi di sekitar Sungai Barito.

Komisi III meminta data dan penjelasan apakah kawasan tersebut sudah tercemar dan apakah telah dilakukan penelitian berkala terkait kualitas air. Komisi III tidak ingin pencemaran semakin parah dan mengganggu keberlangsungan hidup warga, khususnya yang bermukim di bantaran sungai. Sayangnya, rapat tidak dihadiri oleh Dinas Perhubungan sebagai pihak yang mengelola dan mengawasi alur sungai.

“Yang kami minta pertanggung jawaban nanti adalah bagaimana Dinas Perhubungan mengelola alur itu. Kami mengkhawatirkan bahwa limbah itu berasal dari kapal-kapal yang lewat. Jadi, itu tugas dan fungsi Dishub. Kami akan panggil Dishub bagaimana mengelola kapal tongkang seperti apa pengawasannya. Kami khawatir solar-solar itu dibuang, jadi kalau DLH ini tugasnya untuk riset saja,” ujar H. Gusti Abidinsyah, Sekretaris Komisi III DPRD Kalsel.

Berdasarkan pemaparan Dinas Lingkungan Hidup Kalsel, pemantauan kualitas air Sungai Barito yang dilakukan KLHK dua kali dalam setahun, dengan menyasar 12 titik lokasi, ditambah BLHD Barito Kuala di 14 titik lokasi. Dari catatan tersebut, status mutu air Sungai Barito sebagian besar dalam kategori cemar ringan, sementara cemar sedang ditemukan di dua titik lokasi, yaitu di Desa Tabukan Kecamatan Tabukan, dan Desa Jambu Kecamatan Kuripan. Namun, pencemaran tersebut disebut tidak disebabkan oleh debu batubara, melainkan karena kotoran hewan dan kotoran manusia yang 160 kali lipat melebihi bakumutu.

Reporter: Evi Dwi Herliyanti

Redaksi

Editor & Uploader

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *