Akademisi dan Aktivis Perempuan Diskusi ‘Menyusun Ulang Demokrasi Berkeadilan Untuk Perempuan’

Banjarmasin, DUTA TV Diskusi dengan tema “Menyusun Ulang Demokrasi Berkeadilan Untuk Perempuan‘  yang dihadiri oleh komunitas dan aktivis perempuan di Kalimantan selatan (Narasi Perempuan, Aksara Perempuan, LK3, Komunitas Perempuan Interfaith, Jurnalis Perempuan, dll).

Temu gagasan akan kegelisahan perempuan ini bertujuan untuk mendorong perbincangan hingga penyadaran publik mengenai esensi utama Demokrasi yang mendorong kesetaraan dan keadilan.

Namun pada realitasnya diaplikasikan secara timpang. Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 03/04/24 pada pukul 15.00-17.00 WITA, bertempat di salah satu sudut Kafe Genji yang lekat dengan tempat berkumpulnya anak-anak muda inilah deliberasi akan gagasan dan kegelisahan mengenai politik perempuan diperbincangkan.

Munculnya survei yang secara massif diproduksi di ruang publik namun tanpa sadar seolah telah menegasikan kehadiran perempuan. Survei ini seakan menebalkan bahwa politik adalah arena milik para lelaki, bahkan berbagai media sibuk memberitakan hingga eksistensi perempuan semakin terpinggirkan dalam konstelasi politik elektoral di Kalimantan Selatan.

Bahkan penggagas diskusi ini turut merasa miris dengan klaim survei elektabilitas yang terlalu dini disaat perempuan masih merangkak untuk memperkenalkan dirinya dan berjuang untuk meyakinkan para pengampu kekuasaan untuk dapat memasuki gerbang penjaringan bakal calon untuk Pilkada 2024.

Sayangnya, vonis bahwa perempuan telah terekslusi dalam angka-angka dari pilihan masyarakat semakin menambah curam jurang yang harus mereka hadapi.

Hal ini tentu tidak sejalan dengan sejarah atau rekam jejak tokoh-tokoh perempuan di Tanah Banjar, terdapat sederet nama yang memiliki peran strategis yang berkontribusi besar dalam bidang politik dan pemerintahan di Bumi Lambung Mangkurat, seperti Putri Mayang Sari, Nyai Kumala Sari, Ratu Zaleha, hingga Ny Gusti Nursehan Djohansyah tokoh perempuan di era revolusi fisik yang kini namanya diabadikan pada Gedung Wanita Provinsi Kalimantan Selatan. Sayangnya, catatan sejarah perjuangan perempuan ini mulai terlupa dan tergantikan dengan doktrin-doktrin patriarki yang berwujud dalam prasangka-prasangka sinis.

Siti Mauliana H. sebagai akademisi sekaligus bagian dari komunitas perempuan, meyakini bahwa inilah saat yang tepat bagi wajah demokrasi kita untuk berbenah secara serius, dengan mengedepankan keadilan sosial sebagaimana cita-cita bangsa.

Jika politik praktis terus saja meagungkan doktrin dan dominasi para laki-laki, maka bersiap-siaplahlah demokrasi kita untuk menggali lubang kuburannya sendiri.

Sebagaimana para ahli demokrasi menyimpulkan bahwa lembaga-lembaga demokrasi harus dikonsep ulang untuk menerima semua orang yang secara sistematis terpinggirkan.

Ada 3 langkah penting yang kami yakini menjadi krusial untuk menjadi bekal bagi perempuan memasuki panggung kontestasi kepala daerah, yaitu :

  1. Komitmen Partai Politik untuk membuka ruang bagi Perempuan menjadi calon Kepala Daerah.
  2. Dukungan para elit politik dan ekonomi sebagai aliansi berpengaruh bagi perempuan.
  3. Solidaritas Komunitas dan Aktivis Perempuan untuk mendorong kepemimpinan yang Multigender

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *