Akhir Hayat Pencipta Lagu Indonesia Raya
DUTA TV – Sebuah rumah di perkampungan yang berlokasi di jalan mangga kawasan tambaksari Surabaya telah menjadi bukti sejarah.
Di rumah inilah sang pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya, Wage Rudolf Soepratman atau dikenal dengan WR Soepratman menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 17 Agustus 1938. Di usianya yang relatif muda, yakni 35 tahun, putra ketujuh dari pasangan Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan Siti Senen itu tidak sempat merasakan kemerdekaan Republik Indonesia.
Konservator Museum Rr Soepratman, Hamzah Arifin menjelaskan, di akhir hayatnya WR Soepratman hidup dibawah tekanan tentara kolonial Belanda yang terus mengawasinya sejak lagu “Indonesia Raya” pertama kali dikumandangkan dalam kongres pemuda kedua yang berlangsung di Batavia pada 27 – 28 Oktober 1928.
WR Soepratman tercatat berada di kota pahlawan, Surabaya sejak tahun 1937 atau sekitar setahun menjelang wafat, setelah sebelumnya dalam pelarian dengan berpindah-pindah tempat dari satu kota ke kota lain.
Dia diboyong ke rumah di Surabaya yang kini menjadi museum WR Soepratman oleh kakak pertamanya, Roekijem Soepratijah agar mendapat perawatan intensif karena sakit paru-paru.
Dalam kondisi sakit, WR Soepratman sempat menciptakan lagu berjudul “matahari terbit”.
Bahkan dia sempat ditangkap pemerintah kolonial Belanda dan dijebloskan ke penjara Kalisosok, Surabaya selama tujuh hari saat akan membawakan lagu karya terakhirnya itu di radio Nirom yang berlokasi di jalan Embong Malang, Surabaya.
“Untuk mempublikasikan lagu judulnya “Matahari Terbit”, dari situ WR Soepratman ditangkap sama tentara Hindia Belanda lalu dijebloskan ke Penjara Kalisosok selama 7 hari. Karena kondisi (sakitnya) memburuk akhirnya dibawa pulang ke rumah ini, (dirawat) di kamar ini. Tak lama kemudian, setelah 4 hari dr penjara tsb, menghembuskan nafas terakhir, tepatnya 17 Agt, jam 12 malam, thn 1938,”terangnya.
WR Soepratman dimakamkan di kawasan tempat pemakaman umum Rangkah Surabaya. Menurut Tami Fitria, juru kunci Makam WR Soepratman, makam tersebut sempat dipindahkan oleh pihak pemerintah dan keluarga.
“Kalau sepengetahuan saya dulu tahun 1960-an makamnya dipindah ke sini sama pihak pemerintah dan keluarga. Asal usulnya kan di Tempat Pemakaman Umum yang sebelah utara situ,”ujar Tami.
Hingga kini makamnya terus didatangi peziarah, yang bagi generasi muda, nilai-nilai perjuangan yang ditinggalkannya sangat menginspirasi untuk diteruskan di era sekarang dan masa yang akan datang.
Semasa hidupnya, selain sebagai musisi WR Soepratman adalah seorang jurnalis. Dari kerja jurnalistiknya itulah dia kenal banyak tokoh serta aktivis pejuang kemerdekaan dan turut berkontribusi dengan menciptakan lagu-lagu yang mengobarkan semangat kebangsaan.
Sumber : antaranews.com