Cerita Dea Valencia, Pengusaha Batik yang 50{5b1a8e93fac51023fbcea5a31a1f1c34877e15d45a6e19a88118d1d7c5787696} Karyawannya Disabilitas

Dea Valencia dikenal sebagai pengusaha muda yang inspiratif. Kisahnya mempekerjakan penyandang disabilitas menginspirasi sesama bahwa semua orang memiliki kesempatan sama untuk bekerja.

Dea merupakan pemilik brand Batik Kultur yang mengawali perjalanan bisnisnya dengan berdagang kain batik lawasan. “Berawal dari satu orang penjahit di ujung lorong garasi rumah orangtua saya. Dan kain batik lawasan punya ibu saya. Selanjutnya karena kain kuno tidak bisa dijual sebagai kain, jadi ada beberapa yang kita bordir. Kita switch menjadi clothing line,” kata wanita 25 tahun itu saat peluncuran kampanye Cerita di Balik Jahitan bersama Tokopedia di Tokopedia Tower, Jl. Prof. Dr. Satrio, Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2019).

Dea yang dibekali ilmu dalam berbisnis oleh orangtuanya pada akhirnya memantapkan diri untuk terjun di bisnis retail batik. Penyandang gelar sarjana komputer itu pertama kali meluncurkan Batik Kultur pada 2011.

“Nama Batik Kultur itu terinspirasi dari kultur Indonesia adalah Batik. Maka dari situlah sebenarnya awal inspirasinya,” ujar Dea.

Dalam memproduksi batik, Dea dibantu oleh 120 orang karyawannya yang terdiri dari berbagai bagian, yaitu penjahit, finishing, admin dan quality control. Dia juga melakukan kemitraan dengan 200 orang pengrajin batik dan tenun.

Foto: Gresnia Arela/Wolipop

Menariknya dari total 120 karyawannya, 50{5b1a8e93fac51023fbcea5a31a1f1c34877e15d45a6e19a88118d1d7c5787696} dari mereka adalah penyandang disabilitas. Dea mengatakan dirinya tidak pernah secara khusus mencari atau merekrut penyandang disabilitas tersebut.

“Berjalan natural saja. Begitu ada yang melamar kerja dari disabilitas, saya rekrut. Lalu yang tadinya ada 15-20{5b1a8e93fac51023fbcea5a31a1f1c34877e15d45a6e19a88118d1d7c5787696}. Sekarang malah bertambah sebanyak 50{5b1a8e93fac51023fbcea5a31a1f1c34877e15d45a6e19a88118d1d7c5787696} dari total karyawan saya adalah para penyandang disabilitas,” ungkap Dea.

Dea merasa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja. Hal inilah yang mendasarinya untuk menerima penyandang disabilitas menjadi karyawannya. Pembuktian demi pembuktian dari setiap individu yang ia temui dan semangat mereka dalam bekerja memantapkannya untuk terus bekerja bersama penyandang disabilitas.

Untuk mengapresiasikan karya dari para penyandang disabilitas, Dea ikut dalam kampanye Cerita di Balik Jahitan. Baginya setiap busana yang diproduksi Batik Kultur memiliki kisahnya sendiri yang panjang.

“Setiap baju yang kita produksi benar-benar dari potongan kain dihandle oleh satu orang saja sampai menjadi baju. Di mana dalam satu hari itu mereka kadang-kadang memproduksi satu, dua atau tiga potong baju. Dalam memotong, menjahit, mengobras dan ngerader (membuat tanda pola pada kain) dan ngukur, mereka juga sangat berhati-hati dan selalu menjaga kualitas,” cerita Dea.

 

https://wolipop.detik.com

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *