6 Periode Pers Indonesia (Bag 1)

DUTA TV BANJARMASIN – Sejarah pers di Indonesia dibagi dalam 6 periode zaman.

 

  1. Zaman Belanda 

Perkembangan dunia pers di Indonesia diawali sejak masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1744, percobaan pertama untuk menerbitkan media massa diawali dengan terbitnya surat kabar pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff dengan nama Bataviasche Nouvelles. Kemudian, pada tahun 1828, Javasche Courant diterbitkan di Batavia (sekarang Jakarta) dan memuat berita-berita resmi pemerintahan, berita lelang, dan berita kutipan dari aktivitas-aktivitas harian di Eropa. Mesin cetak pertama di Indonesia juga datang melalui Batavia melalui seorang Belanda bernama W. Bruining dari Rotterdam yang kemudian menerbitkan surat kabar bernama Het Bataviasche Advertantie Blad. Pada tahun 1885, di seluruh daerah yang dikuasai Belanda, telah terbit sekitar 16 surat kabar dalam bahasa Belanda dan 12 surat kabar dalam bahasa Melayu seperti Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar (terbit di Bogor), Selompret Melajoe, Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan surat kabar berbahasa Jawa, Bromatani yang terbit di Solo.

Dengan adanya surat kabar, beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia mulai memanfaatkan pers sebagai alat perjuangan. Namun, hal ini dihambat oleh pemerintah Belanda dengan membuat UU untuk membendung pengaruh pers di Indonesia. Pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang berisi pasal-pasal ancaman hukuman terhadap siapa pun yang menyebarkan perasaan permusuhan, kebencian, serta penghinaan terhadap pemerintah Belanda, sekutu, atau kelompok penduduk Belanda.

 

  1. Zaman Jepang

Saat Jepang masuk dan menguasai Indonesia, surat kabar yang beredar di Indonesia pelan-pelan mulai diambil alih. Salah satunya adalah dengan menyatukan beberapa surat kabar untuk mempermudah dan memperketat pengawasan pemerintah Jepang terhadap isi surat kabar. Konten surat kabar pun kemudian dimanfaatkan sebagai alat propaganda untuk memuji-muji pemerintahan Jepang. Di masa penjajahan Jepang, pers Indonesia sama sekali tidak memiliki ruang kebebasan.

Salah satu surat kabar yang diizinkan terbit pada masa itu adalah Tjahaja. Surat kabar ini sudah menggunakan Bahasa Indonesia dan diterbitkan di Bandung. Kantor berita Tjahaja dipimpin oleh Oto Iskandar Dinata, R. Bratanata, dan Mohamad Kurdi. Meskipun terbit dan beredar di Indonesia, surat kabar ini memberitakan segala kondisi yang terjadi di Jepang.

 

  1. Zaman Kemerdekaan 

Ketika pemerintah Jepang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda pencitraan pemerintah, Indonesia juga melakukan perlawanan dalam hal sabotase komunikasi. Edi Soeradi, seorang tokoh pers yang menerbitkan surat kabar Berita Indonesia, melakukan propaganda agar rakyat berdatangan pada Rapat Raksasa Ikada tanggal 19 September 1945 untuk mendengarkan pidato Bung Karno. Beberapa surat kabar yang digunakan sebagai alat perjuangan lainnya adalah Harian Rakyat, Soeara Indonesia, Pedoman Harian yang kemudian berubah nama menjadi Soeara Merdeka(Bandung), Kedaulatan Rakyat(Bukittinggi), Demokrasi (Padang), dan Oetoesan Soematra(Padang).

Berbagai sumber

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *