Banjarmasin, DUTA TV — Dosen dan mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia (UNISM) Banjarmasin, melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), menyasar kader posyandu yang berada di Kelurahan Sungai Lulut, Banjarmasin Timur. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengendalikan stunting di kelurahan tersebut, yang disebut cukup tinggi.
Pasalnya berdasarkan data dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) Kota Banjarmasin serta Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, Kelurahan ini merupakan satu dari 14 Kelurahan di Banjarmasin yang jumlah kasus stuntingnya cukup tinggi, mencapai 15 kasus. 15 kasus itu tersebar di tiga RT, meliputi dRT. 8, RT. 12, dan RT.13.
Tim dosen pengabdi yang terdiri dari dua orang Dosen Sarjana Farmasi yakni Noval, apt., M.Farm dan Siti Malahayati, apt. M.Farm, dan satu Dosen dari Sarjana Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Desilestia Dwi Salmarini, SST., M.Kes mengatakan, kegiatan ini didanai Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat, dari proposal yang mereka ajukan.
Dana pengabdian yang didapat dari DRTPM, Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebesar Rp. 43.941.000.
Adapun kegiatan yang bertajuk “PKM Pemberdayaan Kader Posyandu sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Stunting Berbasis Produk Nutraseutikal Herbal di Kelurahan Sungai Lulut” ini, mendapat sambutan baik dan dukungan penuh dari Kelurahan Sungai Lulut maupun Puskesmas Terminal.
Melibatkan tiga mahasiswi Sarjana Farmasi yakni Mayna, Puteri Wulan Ramadhan, Nurul Auliyani dan dua Mahasiswi Sarjana Kebidanan yakni Sita Fitriah dan Ainun Yuniarti, tim dosen pengabdi memberikan solusi dalam kegiatan ini berupa pemberdayaan kader posyandu dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk aktif mengikuti pemeriksaan kesehatan di posyandu melalui kegiatan edukasi dan pendampingan orang tua oleh kader, pendidikan kepada seluruh kader posyandu dengan materi tentang stunting, kesehatan ibu dan anak, asupan gizi yang sehat dalam memenuhi tumbuh kembang balita, dan produk nutraseutikal herbal.
Selanjutnya, tim juga memberikan pelatihan kepada kader terkait keterampilan cara mengukur tinggi badan dan berat badan dalam mengidentifikasi awal pasien stunting sesuai dengan standar prosedur operasional (SOP), keterampilan memasak sesuai asupan gizi yang seimbang, mengukur kadar gizi dalam suatu bahan makanan dan makanan jadi, pembuatan produk nutraseutikal herbal berupa biskuit dan permen gummy berbahan dasar labu kuning yang kaya akan nutrisi dan mudah didapat, serta pemberian hibah kepada kader berupa antropometri kit yang terdiri atas peralatan pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan digital dan metlin, seperangkat alat masak dan peralatan pembuatan produk nutraseutikal herbal.
Pemberdayaan kader posyandu ini didasari hasil penjelasan kader tentang permasalahan yang terjadi pada proses upaya yang telah dilakukan diantaranya adalah, yakni kurangnya pengetahuan masyarakat dan kader tentang stunting serta Kesehatan Ibu dan Anak. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan balitanya ke posyandu juga disebut sangat minim.
Disamping itu, permasalahan sarana dan prasarana yang terbatas dalam identifikasi kasus stunting, juga menjadi faktor upaya pengendalian stunting belum maksimal. Ditambah lagi, pemberian makanan tambahan hanya dilakukan sebulan sekali, menu yang dihidangkan kebanyakan tidak disukai oleh balita, kader belum mendapatkan pelatihan memasak sesuai kadar nutrisi yang diinginkan, serta tak ada lagi pembagian biskuit atau sereal kepada balita secara berkala.
“ Berdasarkan hal tersebut, lahirlah pemikiran kami bahwa Kader posyandu sebagai perwakilan masyarakat dalam mendukung pelayanan memiliki peran yang sentral di tengah masyarakat itu dirasa sangat perlu untuk ditingkatkan pengetahuan, keterampilannya serta di fasilitasi dengan sarana prasarana yang mendukung agar mampu berperan aktif dalam memberikan pemahaman, mengubah perilaku masyarakat dan meningkatkan pelayanan di Posyandu”, ungkap Tim Dosen Pengabdi.
Kendati demikian, saat ini upaya pengendalian dan pencegahan kasus stunting terus dilakukan pihak terkait, seperti membekali kader kesehatan di setiap Posyandu . Aktivitas posyandu pun, juga banyak berfokus pada pelayanan ibu hamil, kesehatan balita dan ibu menyusui.
Berdasarkan laporan,penyebab terjadinya kasus stunting yang terjadi di Kelurahan adalah faktor ekonomi. Banyak keluarga tidak dapat memenuhi asupan makanan yang bergizi bagi balita mereka. Selain itu, tingkat pemahaman masyarakat belum terbuka mengenai kesehatan ibu dan anak. Hal ini tentu menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang ke posyandu dan melakukan pemeriksaan kepada balitanya, belum ditambah dengan pengetahuan yang minim tentang bagaimana memenuhi asupan gizi bagi balita yang dimiliki.
Stunting sendiri adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Prevalensi stunting berdasarkan data hasil survei status gizi Indonesia tahun 2022 sebesar 21,6% dan dari hasil survei tersebut juga menyebutkan prevalensi balita stunting provinsi Kalimantan Selatan sebesar 24,6% dan pada kota Banjarmasin sebesar 22,4%.
Upaya penurunan kasus stunting di wilayah ini juga sudah dilakukan oleh DPPKBPM dan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin melalui Puskesmas Terminal, serta dibantu secara langsung oleh kader-kader posyandu dengan mengadakan kegiatan pencatatan, penimbangan, pemberian makanan tambahan selama satu bulan sekali. Para kader juga diarahkan memasak sesuai menu yang ditentukan oleh pihak Puskesmas Terminal, dan selanjutnya dibagikan kepada balita, anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui dalam rangka pemenuhan asupan gizi.
Dari hasil PKM ini, tim Dosen Pengabdi berhasil memberikan pemahaman kader yang dilihat dari hasil posttest mencapai nilai > 80;. Keterampilan kader juga terlihat dari hasil penilaian performa kader yang mencapai nilai > 80. Selain itu, juga terbentuk kelompok Kader PENTING (Peduli Stunting).
Para kader, juga mengetahui pemanfaatan hibah antropometri kit, peralatan masak dan alat pembuatan produk nutraseutikal untuk menunjang pelaksanaan posyandu dengan utilisasi 100 % pada setiap kegiatan posyandu. Peningkatan jumlah kunjungan posyandu minimal 10% serta tingkat pemahaman masyarakat mencapai nilai > 70 dilihat dari nilai posttest pada kegiatan edukasi dan pelayanan kepada masyarakat oleh kader.
Terdapat juga luaran kegiatan berupa modul, video kegiatan, publikasi kegiatan melalui sosial media dan publikasi artikel hasil PKM di jurnal nasional ber ISSN serta HKI. Kegiatan ini dilaksanakan sejak bulan Juni 2023 hingga bulan Oktober 2023 mendatang , yang diselenggarakan di 2 tempat yaitu di Universitas Sari Mulia untuk kegiatan edukasi, serta di Posyandu Bina Sejahtera untuk kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi Posyandu Bina Sejahtera 1, Posyandu Bina Sejahtera 2 dan Posyandu Bina Sejahtera 3.
Progres kegiatan sendiri hingga saat ini sudah mencapai lebih dari 70%, serta telah memenuhi sebagian besar sasaran dan target luaran yang telah ditetapkan. Kegiatan ini juga telah menjalani proses Monitoring dan Evaluasi (MONEV) Internal yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sari Mulia dengan menghadirkan reviewer nasional Dr. Ir. Adi Sutanto, M.M, dimana pada kegiatan tersebut juga mendapatkan beberapa masukan dan saran membangun guna kualitas pelaksanaan PKM yang diselenggarakan.
PKM ini diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan sukses hingga akhir program, serta berlanjut secara mandiri oleh para kader yang telah mendapatkan edukasi dan pelatihan yang bermuara pada tercapainya penurunan dan pengendalian kasus stunting berbasis produk nutraseutikal herbal. Sehingga, tidak hanya berfungsi dalam hal kuratif, melainkan juga mengarah pada tindakan-tindakan preventif sehingga tidak ada lagi ditemukan kasus stunting di wilayah tersebut.
Tim Liputan