Sejarah Abah Guru Sekumpul : Guru – guru

Pada tahun 1949 saat berusia kurang dari 7 Tahun, Abah Guru Sekumpul mengikuti pendidikan “formal” masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini Abah Guru Sekumpul sudah belajar dengan guru-guru besar spesialis dalam bidang keilmuan seperti :

Guru-guru ‘Alimul’allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abdul Ghani, antara lain adalah:

1. Di tingkat Ibtida adalah :

Guru Abdul Mu’az, Guru Sulaiman, Guru Muh. Zein, Guru H. Abdul. Hamid Husin, Guru H. Mahalli, Guru H. Rafi’i, Guru Syahran, Guru H. Husin Dakhlan, Guru H. Salman Yusuf

2. Di tingkat Tsanawiyah adalah :

‘Alimul Fadhil H. Sya’rani’Arif, ‘Alimul Fadhil H, Husin Qadri, ‘Alimul Fadhil H. Salilm Ma’ruf, ‘Alimul Fadhil H. Seman Mulya, ‘Alimul Fadhil H. Salman Jalil.

3. Guru di bidang Tajwid ialah:

‘Alimul Fadhil H. Sya’rani ‘Arif, ‘Alimul Fadhil Al Hafizh H. Nashrun Thahir, ‘Al-Alim H. Aini Kandangan.

4. Guru Khusus adalah:

‘Alimul’allamah H. Muhammad Syarwani Abdan Bangil, ‘Alimul’allamah Asy Syekh As Sayyid Muhammad Amin Qutby. Sanad sanad dalam berbagai bidang ilmu dan Thariqat, antara lain diterima dari:

Kyai Falak Bogor (Abah Falak), ‘Alimul’allamah Asy-Syekh Muhammad Yasin Padang (Mekkah), ‘Alimul’allamah Asy-Syekh Hasan Masysyath, ‘Alimul’allamah Asy- Syekh Isma’il Yamani dan ‘Alimul’allamah Asy-Syekh Abdul Qadir Al-Baar.

5. Guru pertama secara Ruhani ialah:

‘Alimul ‘allamah Ali Junaidi (Berau) bin ‘Alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin ‘Alimul ‘allamah Mufti H. Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad, dan ‘Alimul ‘allamah H. Muhammad Syarwani Abdan (Bangil). Kemudian ‘Alimullailamah H. Muhammad Syarwani Abdan menyerahkan kepada Kyai Falak Bogor dan seterusnya Kyai Falak menyerahkan kepada ‘Alimul’allamah Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad Amin Qutby, kemudian beliau menyerahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang selanjutnya langsung dipimpin oleh Rasulullah Saw. Atas petunjuk ‘Alimul’allamah Ali Junaidi, beliau dianjurkan untuk belajar kepada ‘Alimul Fadhil H. Muhammad (Gadung Rantau) bin ‘Alimul Fadhil H. Salman Farisi bin ‘Allimul’allamah Qadhi H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad, untuk mengenal masalah Nur Muhammad; maka dengan demikian di antara guru beliau tentang Nur Muhammad antara lain adalah ‘Alimul Fadhil H. M. Muhammad tersebut di atas.

al-Ālim al-Allāmah Syaikh Seman Mulya adalah paman beliau yang secara intensif mendidik beliau baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Ketika mendidik Abah Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Akan tetapi, Guru Seman langsung mengajak dan mengantarkan Abah Guru Sekumpul mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasi masing-masing baik di daerah Kalimantan Selatan maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, Guru Seman mengajak (mengantarkan) Abah Guru Sekumpul kepada al-Ālim al-Allāmah as-Syaikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir. Menurut Abah Guru Sekumpul sendiri, dikemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulya adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak ingin menampakkan diri.

Sedangkan al-Ālim al-Allāmah Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh yang sudah diakui ketinggian dan kedalamannya ilmunya. Selain itu, Guru Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Guru Salman Jalil ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Abah Guru Sekumpul. Peristiwa ini yang ia contohkan kepada generasi sekarang agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri.

Sumber : http://alfaqirzaman.blogspot.com/2012/06/riwayat-singkat-abah-guru-sekumpul-oleh.html