Relawan Politik: Mereka yang Terpanggil untuk Bergerak

Geliat politik di Indonesia setelah reformasi dimeriahkan oleh kelompok-kelompok relawan. Mereka lahir dan tumbuh karena dukungan kepada pihak tertentu, meski bergerak lebih mandiri. Pemilu 2019 kali ini juga tidak lepas dari peran para relawan ini.

Tidak semua pemilih mau dekat dengan partai politik. Karena itu, butuh tangan lain untuk mendekati mereka, terutama ketika agenda politik semakin padat. Tangan lain itu, antara lain diperankan oleh kelompok relawan politik.Era reformasi memungkinkan lahirnya ratusan organisasi relawan politik di Indonesia. Salah satunya adalah Forum Relawan Demokrasi (Foreder). Organisasi yang berdiri pada 2014 di Jakarta ini, hadir untuk mendukung Jokowi. Bhayu Hendarta, Ketua Foreder DIY memaparkan, organisasi ini diisi oleh mereka yang mengagumi rekam jejak Jokowi. Tidak mengherankan jika di 2019 ini, dukungan tersebut terus dilanjutkan terutama dalam kampanye Pilpres.

“Relawan kami bergerak mem-back up Tim Kampanye Daerah (TKD) DIY dengan cara mengumpulkan massa, mendukung acara-acara TKD, dan juga mendeklarasikan diri serta membat acara lain sesuai kepentingan situasional,” kata Bhayu kepada VOA.

Foreder mulai tancap gas lagi di panggung politik sekitar enam bulan lalu, ketika Jokowi menggandeng Ma’ruf Amin sebagai Paslon 01. Sejauh ini, mereka telah menggelar berbagai acara seperti bakti sosial, donor darah, konsultasi kesehatan gratis, dan pengobatan gratis. Tidak ketinggalan adalah sosialisasi cara mencoblos. Pengalaman lapangan membuktikan, kata Bhayu, sosialisasi penting karena proses ini tidak mudah, terutama bagi mereka yang berusia lanjut.

Foreder juga menjadi bagian dari panitia Merti Dusun di Bantul, DIY. (Foto courtesy: Foreder)

Foreder juga bekerja sama dengan relawan pro Jokowi lain di DIY, seperti Blusukan Jokowi, Rejo Mulyo, Seknas Jokowi, hingga Barlindo. Dalam kegiatan-kegiatan itu, seluruh relawan Jokowi mendidik warga pentingnya memilih presiden, sesuai dengan kriteria yang disepakati bersama.

Di Yogyakarta menurut data setidaknya ada 400 ribu hingga 500 ribu pemilih yang tidak akan mencoblos pada 17 April. Di luar itu, ada sekitar 300 ribu pemilih yang belum menentukan pilihan. Kelompok inilah yang menjadi salah satu prioritas relawan untuk diajak memilih Jokowi.

“Peran relawan di situ. Turun ke masyarakat,door to door, membawa kampanye secara kekeluargaan, memberikan arahan ke pasar-pasar, ke terminal, ke wilayah basis warga yang sama sekali tidak mengenal internet, TV, atau media sosial. Itu yang menjadi sasaran teman-teman relawan,” kata Bhayu.

Bhayu menambahkan, sebagai organisasi resmi, kelompok relawan adaah bagian penting dari kehidupan sosial politik di Indonesia. Jika Pemilu usai, mereka akan kembali menggelar berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, kebudayaan dan pendidikan.”Kita terlibat dalam acara-acara di Kraton, hajatan dalem. Kita juga membuat acara merti dusun di Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul. Kita juga ingin menata sanggar seni, mengelola sanggar tari, melukis, teater dan lainnya,” ujar Bhayu yang mengklaim Foreder memiliki 2 juta anggota inti di seluruh Indonesia.

Di sisi lain, ada Komando Oelama Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi). Dari namanya jelas organisasi relawan ini berdiri untuk mendukung Paslon 02. Di Yogyakarta, pengurus organisasi ini dipimpin oleh seorang dokter gigi, Madi Saputra.

Kepada VOA, Madi menceritakan organisasi ini lahir sesuai arahan ijtima ulama. Kerja-kerja politik mereka antara lain adalah menyusun struktur dari nasional hingga tingkat RT-RW untuk kemenangan Prabowo.

“Kami juga menyiapkan penggerak, yang kita sebut sebagai muharik, di TPS. Di setiap TPS kalau bisa 3 orang, tapi minimal 1 juga bisa. Satu penggerak mengkoordinasikan 50 orang, jadi di setiap TPS diharapkan ada 150 orang yang siap bergerak memenangkan Prabowo-Sandi,” kata Madi Saputra.

Penggerak ini juga berfungsi sebagai pelapor data hasil Pemilu, membantu saksi, sekaligus mencegah praktik kecurangan. Agar mampu bekerja dengan baik, pelatihan terus dilakukan bahkan hingga di hari-hari terakhir menjelang pencoblosan. Koppasandi yakin, penyiapan sumber daya manusia harus menjadi salah satu prioritas dalam pelaksanaan Pemilu.

Bentuk kegiatan Koppasandi selama ini banyak menyasar pemilih melalui pendekatan kegiatan keagamaan, seperti pengajian, istighosah, ceramah dan lain sebagainya. Koppasandi membentuk majelis taklim, menyiapkan ustadz atau guru, dan mengkoordinasikan remaja masjid. Mereka bergerak dari kampung-kampung, hingga masuk ke lingkungan pesantren. Mereka yakin, semua kegiatan itu berdampak langsung terhadap kans Prabowo.

“Kita lihat saja, dibandingkan dulu waktu 2014, sekarang antusias masyarakat luar biasa. Dulunya Pak Prabowo harus keluarkan uang, sekarang dia sebagai calon presiden, justru rakyat yang ngasih. Dalam arti kata, relawan berangkat dengan uang sendiri, dengan bekal sendiri. Itu suatu bentuk kepedulian, bahwa kemenangan Pak Prabowo di depan mata,” kata Madi.

Sebagai organisasi relawan, Koppasandi membiayai sendiri seluruh kebutuhan pendanaan selama masa kampanye. Mereka membuat alat peraga kampanye dan dipasang di seluruh wilayah. Koppasandi juga mengerahkan ribuan anggotanya dalam acara-acara kampanye resmi Paslon 02. Madi mengaku berkoordinasi penuh dengan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi di Yogyakarta.

Setelah Pemilu selesai, belum diputuskan mada depan Koppasandi selanjutnya. Madi menambahkan, semua langkah diambil menunggu keputusan ijtima ulama. Mereka siap untuk melanjutkan kiprah organisasi relawan ini, tetapi juga menerima keputusan jika harus berubah.

TKN Jokowi-Ma’ruf mengklaim setidaknya ada 501 organisasi relawan yang mendukung Paslon 01. Sementara BPN mencatat sekitar 450 organisasi relawan bersama mereka mengumpulkan suara untuk Paslon 02. [ns/lt]

https://www.voaindonesia.com/a/relawan-politik-mereka-yang-terpanggil-untuk-bergerak-/4877691.html

 

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *